A.
Judul
Pengembangan
Lembar Kerja Siswa Berbasis Pendekatan Saintifik pada Subtema Daur Air di
Sekolah Dasar.
B.
Latar
Belakang Penelitian
Belajar dan pembelajaran memiliki
konsep yang berbeda namun saling berkaitan. Belajar dapat diartikan sebagai
proses perubahan tingkah laku. Sebagaimana diungkapkan oleh Asep Herry Hernawan
(2007: 2) “belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku
tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku
tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor.”
Sedangkan pembelajaran berkaitan
dengan komunikasi timbal balik antara siswa dengan guru. “Pembelajaran adalah
kegiatan belajar siswa yang telah dirancang oleh guru melalui usaha yang
terencana melalui prosedur atau metode tertentu agar terjadi proses perubahan
perilaku secara komperhensif” (Asep Herry Hernawan, 2007: 3). Keterkaitan
antara dua konsep ini yaitu upaya guru merencanakan kegiatan belajar untuk
siswa dengan memfasilitasi agar siswa dapat berinteraksi dengan lingkungan
sehingga terjadi perubahan perilaku pada diri siswa. Perubahan tersebut
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Muhammad Rohman
(2013:68) perubahan yang terjadi memiliki karakteristik: (1) perubahan terjadi
secara sadar; (2) perubahan dalam belajar bersifat sinambung dan fungsional;
(3) tidak bersifat sementara; (4) bersifat positif dan aktif; (5) memiliki arah
dan tujua; dan (6) mencakup seluruh aspek perubahan tingkah laku, yaitu
pengetahuan, sikap, dan perbuatan.
Merujuk pada karakteristik
tersebut, aktivitas belajar siswa merupakan suatu kegiatan yang menjadi ciri
berlangsungnya suatu pembelajaran. Aktivitas ini tentunya melibatkan aktivitas
fisik dan mental siswa. Aktivitas yang mudah teramati dalam pembelajaran adalah
aktivitas fisik berupa gerak motorik siswa seperti memperagakan sesuatu atau memperagakan
suatu model. Aktivitas lain yang juga perlu mendapat perhatian yaitu aktivitas
mental siswa. Aktivitas mental ini juga dikatakan sebagai proses berpikir siswa
berupa mengingat, menalar, dan menganalisis suatu materi pembelajaran. Meskipun
tidak dapat diamati oleh indera, namun aktivitas mental ini menjadi ciri bagi siswa
sudah atau belum memahami materi pembelajaran.
Selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran, siswa dituntut untuk memadukan aktivitas
fisik dan mental mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan aktif,
inovatif, kreatif, dan menyenangkan perlu adanya suatu perangkat pembelajaran
yang mendukung terciptanya suasana pembelajaran tersebut. Salah satun perangkat
pembelajaran yang dapat digunakan yaitu Lembar Kerja Siswa atau sering disebut
dengan LKS.
“Lembar Kerja Siswa
adalah bagian dari Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP) yang
menunjang kepada pencapaian indikator melalui berbuat (hands on activity) dan berfikir (minds on activity) sehingga siswa memperoleh kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor”. (Tim Pengembang Rayon 134 Universitas Pasundan Bandung, 2012 )
Sementara
itu, menurut Abdul Majid (2012) “Lembar Kerja Siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik”. LKS ini berisi petunjuk langkah-langkah
yang harus dilakukan oleh siswa untuk mengerjakan suatu tugas, dan berperan
membantu siswa dalam memadukan aktivitas fisik dan mental mereka selama proses
pembelajaran. Selain itu, LKS juga berperan membantu guru dalam mengarahkan
siswa menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri. Dengan adanya LKS
diharapkan siswa dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menuangkan
ide-ide kreatifnya baik secara perorangan maupun kelompok, mampu berpikir
kritis dan menjalin kerjasama yang baik dengan anggota kelompok.
Kondisi
ideal yang diharapkan tersebut ternyata masih belum tercapai. Hal ini terlihat
dari hasil observasi yang dilakukan peneliti di SDN 1 Cisadap Kecamatan Ciamis
Kabupaten Ciamis pada tanggal 17 Desember 2013. Dari hasil wawancara dengan
salah satu guru di sekolah tersebut, yaitu bernama ibu Eli Mulyaningsih, S.Pd sebagai
guru wali kelas V, ternyata sebagian besar guru di SDN 1 Cisadap hanya
menggunakan LKS yang sudah disediakan pada buku teks sebagai bahan kerja siswa
selama kegiatan pembelajaran. Padahal LKS tersebut sebenarnya bukanlah LKS yang
benar-benar secara maksimal membantu siswa untuk aktif, kreatif, dan inovatif
menuangkan ide-idenya serta memadukan aktivitas fisik dan mental mereka dalam
proses pembelajaran, karena hanya menyajikan soal-soal latihan untuk dijawab
oleh siswa secara tertulis saja. Masih sangat minim LKS yang secara kreatif
dirancang oleh masing-masing guru dengan tujuan untuk mengkolaborasikan
aktivitas fisik dan mental siswa dalam proses pembelajaran. Masih banyak yang
mengeluhkan bahwa LKS hanya berisi latihan soal-soal untuk dikerjakan siswa
pada saat jam-jam kosong atau sebagai tugas PR yang harus dikerjakan siswa di
rumah. Namun, seharusnya LKS tidak hanya selalu berisi latihan soal. Latihan
soal yang disajikan dalam LKS tersebut lebih tepatnya merupakan soal evaluasi
untuk mengukur kemampuan kognitif siswa saja. Dari permasalahan yang ditemukan
tersebut mengakibatkan siswa kurang aktif selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, proses pembelajaran terkesan monoton, dan keberhasilan
pembelajaran menjadi rendah.
Kurikulum 2013
mengandung lima esensi, yaitu pembelajaran tematik, pembelajaran kontekstual, pendidikan
karakter, pendekatan saintifik, dan penilaian autentik. Berkaitan dengan salah
satu esensi pada kurikulum 2013 yaitu pendekatan saintifik, terdapat aktivitas
sains yang perlu dikuasai siswa, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
membentuk jejaring (Permendikbud, 2013). Mengacu pada kurikulum 2013 tersebut,
maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berkaitan dengan
pengembangan Lembar Kerja Siswa berupa LKS yang didalamnya berisi rangkaian
kegiatan dan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa dengan tujuan untuk
meningkatkan aktivitas sains siswa berdasarkan pendekatan saintifik sehingga
dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Penelitian ini diberi judul Pengembangan
Lembar Kerja Siswa Berbasis Pendekatan Saintifik pada Subtema Daur Air di Sekolah
Dasar.
C.
Identifikasi
dan Perumusan Masalah
1.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang muncul terkait
dengan penggunaan LKS di sekolah dasar, diantaranya:
a.
Masih banyak siswa yang belum mampu
menguasai aktivitas sains berupa mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan
membentuk jejaring dalam pembelajaran.
b.
LKS yang dominan digunakan berupa
latihan-latihan soal yang harus dikerjakan siswa secara tertulis.
2.
Rumusan
Masalah
Permasalahan
dalam penelitian ini dibatasi dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a.
Bagaimanakah LKS yang telah digunakan di
kelas V sekolah dasar?
b.
Bagaimanakah rancangan LKS berbasis
saintifik untuk siswa kelas V sekolah dasar?
c.
Bagaimanakah implementasi rancangan LKS berbasis
saintifik dalam proses uji coba?
d.
Bagaimanakah LKS berbasis saintifik yang
dapat digunakan untuk siswa kelas V sekolah dasar?
3.
Variabel
Penelitian
Variabel pada
penelitian ini yaitu Lembar Kerja Siswa dan Lembar Kerja Siswa berbasis pendekatan
saintifik.
4.
Batasan
Masalah
Masalah dalam
penelitian ini dibatasi hanya pada pengembangan Lembar Kerja Siswa berbasis pendekatan
saintifik pada subtema Daur Air untuk
siswa kelas V sekolah dasar.
D.
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui LKS yang telah digunakan
di kelas V sekolah dasar.
2.
Untuk menghasilkan rancangan LKS berbasis
pendekatan saintifik untuk siswa kelas V sekolah dasar.
3.
Untuk memperoleh gambaran tentang
keefektifan penggunaan LKS dalam uji coba rancangan LKS berbasis pendekatn saintifik
untuk siswa kelas V sekolah dasar.
4.
Untuk menghasilkan LKS berbasis pendekatan
saintifik yang dapat digunakan di Kelas V sekolah dasar.
E.
Manfaat
Penelitian
Dalam
penelitian ini terdapat beberapa manfaat yang diharapkan peneliti setelah
penelitian dilaksanakan:
1.
Bagi guru, penelitian ini diharapkan
dapat menghasilkan sebuah LKS berbasis pendekatan saintifik yang dapat
dijadikan pegangan oleh guru dalam pembelajaran di kelas.
2.
Bagi siswa, penelitian ini diharapkan
dapat menghasilkan sebuah LKS berbasis pendekatan saintifik yang dapat
digunakan untuk siswa sekolah dasar dalam proses pembelajaran.
3.
Bagi lembaga terkait, hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi sebuah contoh bagi pengembangan LKS yang dapat
digunakan di kelas V sekolah dasar di masa yang akan datang.
4.
Bagi peneliti, diharapkan hasil
penelitian ini menjadi salah satu rujukan yang relevan untuk penelitian
selanjutnya.
F. Landasan Teori
1.
Lebar
Kerja Siswa (LKS)
“Lembar
kerja siswa (student work sheet)
adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik”
(Abdul Majid, 2012). Sementara menurut Trianto (2009: 222) “Lembar Kerja Siswa
adalah panduan yang digunakan untuk melakukan kegiata penyelidikan atau pemecahan
masalah.”
Lembar
kerja idealnya berisi petunjuk, langkah-langkah untuk mengerjakan suatu tugas. Perlu
adanya kejelasan kompetensi dasar yang ingin dicapai sebelum merancang sebuah
LKS dan menentukan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa. Tugas-tugas dalam
lembar kerja siswa akan sulit dikerjakan oleh siswa secara optimal apabila
tidak didukung dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi
tugasnya. Penggunaa LKS ini bisa untuk semua mata pelajaran.
Tugas
yang terdapat dalam sebuah LKS digolongkan ke dalam tugas praktis dan tugas
teoritis. Apa yang dimaksud tugas praktis dan tugas teoritis? Tugas praktis
berkaitan dengan praktek atau aktivitas fisik yang harus dilakukan oleh siswa,
misalnya praktikum di laboratorium, kerja lapangan berupa survei ke suatu
tempat atau lokasi, dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan tugas
teoritis yaitu berkaitan dengan aktivitas mental siswa berupa menalar,
menganalisis, dan sebagainya. Tugas teoritis ini misalnya siswa ditugaskan
untuk membaca sebuah berita atau artikel dari koran, lalu membuat ringkasan
dari bahan bacaan tersebut. Penggunaan LKS dengan baik dan sesuai dengan
prosedur tentunya akan dirasa
manfaatnya, baik itu oleh guru dan yang lebih utama dirasakan oleh siswa.
Dengan adanya LKS, siswa akan terbiasa belajar secara mandiri, kreatif, aktif,
dan memiliki banyak kesempatan untuk menuangkan ide-idenya dalam kegiatan
belajar, serta belajar bekerja sama dan saling menghargai antar teman, baik itu
dalam satu kelompok maupun dengan kelompok lain. Sementara bagi giri, LKS ini
bermanfaat sebagai pegangan untuk memandu kerja siswa selama pembelajaran. Akan
lebih baik jika guru secara kreatif merancang sendiri LKS yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajarnya. Kecermatan dan pengetahuan serta keterampilan
yang memadai merupakan syarat yang penting dikuasai oleh guru ketika merancang
sebuah LKS. Guru perlu dengan cermat menentukan kompetensi dasar apa yang harus
dikuasai siswa melalui LKS yang akan digunakan. Kegiatan-kegiatan siswa dalam
LKS yang mendukung untuk tercapainya kompetensi dasar yang telah ditentukan
juga perlu dirancang secara terampil oleh guru agar kegiata pembelajara
berlangaung dengan aktif dan menyenangkan bagi siswa. Selain itu, pemilihan
materi pembelajaran pun perlu diperhatikan dengan cermat oleh guru agar sesuai
dengan perkembangan belajar siswa.
‘Pemilihan
materi pembelajaran seharusnya berpijak pada pemahaman bahwa meteri
pembelajaran tersebut menyediakan aktivitas-aktivitas yang berpusat pada siswa’
(Collete dan Chiappeta dalam Muhammad Rohman, 2013). Materi pembelajaran yang
memungkinkan siswa secara aktif mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor ini dapat dikemas dalam sebuah LKS. LKS merupakan lembar kerja yang
mendukung pembelajaran perpusat pada siswa (student
centered).
Terdapat
beberapa jenis LKS menurut fungsinya, diantaranya yaitu: (a) LKS yang membantu
siswa menemukan suatu konsep, (b) LKS yang membantu siswa menerapkan dan
mengintegrasikan suatu konsep yang telah ditemukan, (c) LKS yang berfungsi
sebagai penuntun belajar, (d) LKS yang berfungsi sebagai penguatan, dan (e) LKS
yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum. (Muhammad Rohman, 2013)
a.
LKS yang membantu siswa menemukan suatu
konsep
LKS
ini menyajikan suatu fenomena sederhana baik itu yang terjadi di lingkungan
sosial anak maupun fenomena-fenomena alam yang berkaitan dengan materi ajar.
Siswa diminta untuk mengamati fenomena tersebut. Selama proses mengamati ini,
aktivitas mental siswa berlangsung berupa menalar, menganalisis, dan
sebagainya. Proses ini merupakan proses mengonstruksi ilmu pengetahuan yang ada
dalam otak siswa dan menghubungkan dengan pengetahuan baru yang didapatnya.
Setelah proses konstruksi ini maka siswa akan mendapatkan atau menemukan konsep
baru berkaitan dengan materi yang dipelajarinya. Penemuan konsep baru ini tidak
lepas dari bimbingan guru berupa penyajian pertanyaan-pertanyaan analisis untuk
membantu siswa mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep baru yang akan
dibangun siswa dalam benaknya.
b.
LKS yang membantu siswa menerapkan dan
mengintegrasikan suatu konsep yang telah ditemukan
Setelah
siswa berhasil menemukan konsep, siswa dilatih untuk menerapkan konsep yang
telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Contoh LKS yang membantu
siswa menerapkan dan mengintegrasikan suatu konsep yang telah ditemukan yaitu
LKS tentang gaya dan gerak yang dapat melatihkan kemampuan merancang dan
melaksanakan percobaan bagi siswa. Konsep gaya dan gerak ini dapat ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari dan berada di lingkungan sekitar siswa.
c.
LKS yang berfungsi sebagai penuntun
belajar
LKS
ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku pelajaran.
Siswa tidak akan dapat mengerjakan LKS ini dengan benar jika tidak membaca buku
pelajaran terlebih dahulu, sehingga fungsi utama LKS ini adalah membantu siswa
menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku. LKS jenis
ini juga sesuai dengan keperluan remidi.
d.
LKS yang berfungsi sebagai penguatan
LKS
ini diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. LKS jenis ini
hampir sama dengan LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar, namun materi
pembelajaran yang dikemas di dalam LKS ini lebih mengarah pada pendalaman dan
penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku pelajaran. LKS jenis
ini cocok untuk pengayaan.
e.
LKS yang berfungsi sebagai petunjuk
praktikum
LKS
jenis ini umumnya terdapat pada pembelajaran sains.
Mengacu
kepada Meril Physcal Science: Laboratory
Manual dalam Muhammad Rohman (2013), isi petunjuk praktikum diorganisasikan
sebagai berikut:
1.
Pengantar
Berisi
uraian singkat dari materi pelajaran berupa konsep-konsep yang berkaitan dengan
praktikum. Selain itu juga terdapat informasi khusus yang berkaitan dengan
masalah yang akan dipecahkan melalui praktikum.
2.
Tujuan
Berisi
kompetensi atau indikator yang ingin dicapai oleh siswa berkaitan dengan permasalahan
yang diungkapkan pada pengantar atau berkaitan dengan unjuk kerja siswa. Contoh
dari tujuan yaitu siswa dapat mengelompokkan macam-macam gaya dan gerak ke
dalam tabel.
3.
Alat dan Bahan
Berisi
alat dan bahan yang diperlukan untuk praktikum. Ketika menentukan alat dan
bahan, guru harus dengan cermat memperhatikan jenis-jenis alat dan bahan yang
aman atau kemungkinan berbahaya bila digunakan oleh siswa, serta kemudahan
diperolehnya.
4.
Prosedur/ Langkah Kegiatan
Berisi
instruksi kepada siswa untuk melakukan kegiatan secara terstruktur atau
terurut. Langkah-langkah kegiataan yang dicantumkan dalam LKS perlu disertai
dengan ilustrasi gambar agar mempermudah kerja siswa. Ilustrasi gambar ini
bertujuan untuk meminimalisir kesalahan siswa dalam melakukan langkah-langkah
praktikum.
5.
Data Hasil Pengamatan
Berisi
tabel atau grafik kosong untuk diisi oleh siswa dengan data-data yang sesuai
dari hasil praktikum dan membantu siswa mengorganisasikan data. Di bagian ini
juga terdapat kolom untuk menuliskan semua hasil pengamatan yang telah
dilakukan siswa.
6.
Analisis
Pada
bagian ini siswa dibimbing untuk melakukan analisis data dari hasil pengamatan.
Analisis adalah penyelidikan secara teliti dan penjabaran terhadap suatu
fenomena untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya sehingga siswa dapat membuat
kesimpulan dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan. Analisis ini dapat
berupa pertanyaan atau isian yang jawabannya merupakan perhitungan terhadap
data. Dapat pula guru meminta siswa membuat grafik, untuk melihat hubungan sebab-akibat
antara dua hal seperti yang dirumuskan dalam masalah.
7.
Kesimpulan
Berisi
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang guru untuk menghasilkan jawaban berupa
kesimpulan (menjawab permasalahan) dari siswa. Pada bagian kesimpulan ini dapat
pula memasukkan pertanyaan yang mengaitkan hasil praktikum dengan konsep-konsep
sains lain dan penerapannya.
8.
Langkah Selanjutnya
Berisi
kegiatan perluasan, proyek, atau telaah pustaka untuk membantu siswa belajar
lebih lanjut berkaitan dengan materi pelajaran atau materi praktikum yang telah
dilakukan serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini dapat
dilakukan di luar jam pelajaran, seperti membaca literatur lain di perpustakaan
ketika jam istirahat atau kegiatan lainnya di lingkungan rumah yang berkaitan
dengan praktikum tersebut.
LKS yang disusun harus memenuhi syarat- syarat
tertentu agar menjadi LKS yang berkualitas. Terdapat tiga syarat yang harus
dipenuhi, yaitu syarat didaktik, konstruksi, dan teknis. Hal ini dikemukakan
oleh Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis dalam Eli Rohaeti (2011)
a.
Syarat didaktik
Mengatur tentang
penggunaan LKS yang bersifat universal, LKS dapat digunakan dengan baik untuk
siswa dengan kategori lamban, sedang, dan pandai. LKS lebih menekankan pada
proses untuk menemukan konsep. Hal yang penting dalam LKS yaitu adanya variasi
stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS yang ideal diharapkan yaitu
yang mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional,
moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh
tujuan pengembangan pribadi siswa.
b.
Syarat konstruksi
Berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat,
kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS. Syarat- syarat
konstruksi tersebut yaitu: (1) menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan anak, (2) menggunakan struktur kalimat yang jelas, (3) memiliki tata
urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, maksudnya yaitu
dimulai dari hal-hal sederhana menuju hal-hal yang lebih kompleks, (4) menghindari
pertanyaan yang terlalu terbuka, (5) mengacu pada buku standar dalam kemampuan
keterbatasan siswa, (6) menyediakan ruang yang cukup untuk memberi keluasan
pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan hal-hal yang siswa ingin
sampaikan, (7) menggunakan kalimat sederhana dan pendek, (8) menggunakan lebih
banyak ilustrasi gambar daripada kata-kata, (9) dapat digunakan untuk
anak-anak, baik yang lamban, sedang, maupun yang cepat dalam hal penguasaan
materi, (10) memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber
motivasi, (11) memiliki identitas untuk memudahkan administrasinya.
c.
Syarat teknis
Menekankan pada tulisan, gambar, penampilan dalam
LKS. Tulisan dalam LKS diharapkan memperhatikan hal-hal berikut: (1) menggunakan
huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin/romawi, (2) menggunakan huruf
tebal yang agak besar untuk topik, (3) menggunakan maksimal 10 kata dalam satu
baris, (4) menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban
siswa, (5) memperbandingkan antara huruf dan gambar dengan serasi, gambar yang
baik adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan secara efektif pada pengguna
LKS, (6) penampilan LKS dibuat menarik.
Adapun bentuk LKS berdasarkan format atau susunannya
menurut Surachman dalam Sidiq (2012) adalah sebagai berikut:
a.
LKS bentuk tertutup (Structured,
Guided).
LKS jenis ini berupa program
belajar yang dikemas guru secara ketat, tidak memberikan peluang kepada siswa
untuk mengembangkan daya nalar, kreativitas, minat dan daya imajinasinya. Siswa
dipaksa mengikuti arahan dan mengerjakan tugas-tugas sesuai petunjuk yang telah
ditetapkan oleh guru. Penerapan LKS jenis ini biasanya digunakan untuk siswa
yang mulai belajar.
b.
LKS semi terbuka (Semi Strctured,
Semi Guided).
Bentuk LKS ini mirip
dengan LKS tertutup, namun beberapa bagiannya sengaja diberikan kepada siswa
untuk dikembangkan. Terdapat bagian-bagian yang masih secara ketat dirancang
oleh guru, tetapi beberapa bagian lain sengaja dirancang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan kemampuan belajarnya, baik itu pada aspek
kognitif, afektif, maupun aspek psikomotornya.
c.
LKS terbuka (Un-Structured,
Un-guided, Free Inquiry, Free Discovery).
LKS jenis ini lebih
terbuka dibandingkan dengan LKS yang telah disebutkan sebelumnya. LKS memberikan
peluang besar kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas dan daya nalarnya.
Arahan yang diberikan kepada guru lebih bersifat stimulasi bagi siswa untuk
mengerjakan suatu kegiatan belajar. Melalui LKS jenis ini siswa lebih diberikan
kesempatan secara terbuka mengeksplor pengetahuan dan mengembangkan
keterampilannya melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menganalisis,
hingga pada kegiatan membuat kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil penalaranya
kepada siswa lain. Dengan kegiatan seperti itu siswa akan terbiasa belajar dan
bekerja secara mandiri dan kreatif.
Lembar Kerja Siswa memiliki beberapa
komponen. Trianto (2012: 112) menyebutkan bahwa komponen-komponen LKS meliputi
judul eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan bahan, prosedur
eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan
diskusi.
2.
Pendekatan
Saintifik
Menurut Sumanto dkk.
(Sitiatava, 2013), ‘sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.’
Manfaat pendidikan
sains di sekolah dasar bagi siswa yaitu untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar di lingkungannya. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangakan kompetensi siswa dan diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat
agar siswa mampu mengeksplor dan memahami alam sekitar secara ilmiah serta
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Istilah “sains” berasal
dari bahasa Latin “scientia” yang
berarti pengetahuan. Menurut Sitiatava (2013), dari beberapa pengertian hakikat
sain, dapat diambil suatu definisi yang lebih komperhensif, mengaitkan sains
sebagai pengetahuan, proses, dan produk, serta penerapan dan sarana
pengembangan sikap, yakni sebagai berikut:
a.
Sains adalah pengetahuan yang
mempelajari, menjelaskan, serta menginvestigasi fenomena alam dengan segala
aspeknya yang bersifat empiris.
b.
Sains sebagai proses atau metode dan
produk. Dengan menggunakan metode ilmiah berupa mengamati, menanya, mencoba, menalar,
dan membentuk jejaring, serta menarik kesimpulan terhadap fenomena alam, maka
akan diperoleh produk sains. Produk sains tersebut misalnya berupa fakta,
konsep, prinsip, dan generalisasi yang kebenarannya bersifat sementara (masih
dapat berubah).
c.
Sains dapat dipandang sebagai aplikasi.
Dengan penguasaan pengetahuan dan produk, sains dapat digunakan untuk
menjelaskan, mengolah, memanfaatkan, memprediksi fenomena alam, dan
mengembangkan disiplin ilmu lainnya termasuk pengembangan teknologi.
d.
Sains dapat dianggap sebagai sarana
untuk mengembangkan sikap dan nilai-nilai tertentu, misalnya nilai religius,
skeptisme (keragu-raguan), objektivitas, keteraturan, nilai praktis dan
ekonomis, etika atau estetika, serta sikap keterbukaan.
Pengertian
Pembelajaran Berbasis Sains
Untuk
mengetahui apa itu pembelajaran berbasis sains, maka perlu dipahami terlebih
dahulu definisi dari “pembelajaran” dan “sain”. Secara sederhana, pembelajaran
adalah proses transfer ilmu dua arah, yakni antara guru sebagai pemberi
informasi, dan siswa sebagai penerima informasi. Sedangkan “sains adalah cara ilmu
pengetahuan yang didapatkan dengan metode tertentu” (Sitiatava, 2013)
Adapun
metode tertentu yang dimaksud dalam definisi sains ini adalah ilmiah, berbasis
penelitian dan penemuan, serta berdasarkan fakta-fakta.
Dari
kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis sains
adalah proses transfer ilmu dua arah antara guru (sebagai pemberi informasi)
dan siswa (sebagai penerima informasi) dengan metode tertentu (proses sains).
Jadi, yang dimaksud pembelajaran berbasis sains adalah pembelajaran yang
menjadikan sains (murni) sebagai metode atau pendekatan dalam proses pembelajaran
sehingga, pembelajaran menjadi lebih kreatif, dan siswa lebih aktif dalam
proses pembelajaran.
Menyongsong
era globalisasi yang semaki maju dan berkembang, pembelajaran harus dapat
menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Untuk menyesuaikannya, pembelajaran
harus mengacu pada empat pilar pendidikan, yakni belajar untuk mengetahui (learning to know), belaja rmelakukan
sesuatu (learning to do), belajar
menjadi diri sendiri (learning to be),
dan belajar hidup bersama (learning to
live together), sebagai dasar untuk berpartisipasi dan bekerja sama dengan
orang lain dalam seluruh aktivitas kehidupan manusia.
Menurut
De Vito (Sitiatava, 2013) ‘model pembelajaran yang diperlukan adalah yang
memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir ilmiah sekaligus
terkembangkannya sens of inquiry dan
kemampuan berpikir kreatif siswa.’
‘Model
pembelajaran berbasis keterampilan sains merupakan model pembelajaran yang
mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi
secara terpadu’ (Beyer dalam Sitiatava, 2013). Model ini menekankan pada proses
pencarian pengetahuan atau dengan kata lain proses eksplorasi, bukan hanya transfer
pengetahuan dari guru kepada siswa. Siswa dipandang sebagai subjek belajar yang
perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, dan guru berperan
sebagai fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar
siswa.
Kurikulum
2013 yang baru-baru ini diterapkan pada pembelajaran menekankan penerapan
pendekatan saintifik dalam seluruh kegiatan belajar siswa. Prof Sudarwan (materi
PLPG 2013 ) menjelaskan tentang pendekatan saintifik, bahwa pendekatan ini memiliki ciri-ciri yang
menekankan pada pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus
dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.
Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.
(Kemendikbud, 2013)
a.
Substansi atau materi pembelajaran
berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau
penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata.
b.
Penjelasan guru, respon peserta didik,
dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang
serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir
logis.
c.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik
berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
d.
Mendorong dan menginspirasi peserta
didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan
satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.
e.
Mendorong dan menginspirasi peserta
didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional
dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
f.
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta
empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.
g.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara
sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Langkah-langkah pembelajaran yang mengacu pada
pendekatan saintifik harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Jika digambarkan dalam bentuk diagram seperti berikut.
Gambar 1
Ranah Pembelajaran
·
Ranah sikap menyajikan
materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
·
Ranah
keterampilan menyajikan materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
·
Ranah
pengetahuan menyajikan materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
·
Hasil akhirnya
adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang
baik (soft skills) dan manusia
yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard
skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Pada intinya, hasil
belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Pendekatan ilmiah (scientific
appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam kurikulum 2013 meliputi aktivitas sains
berupa mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua
mata pelajaran. Jika digambarkan sebagai berikut.
Gambar
2 Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)
a.
Mengamati
Kegiatan mengamati ini mengutamakan kebermaknaan
proses pembelajaran (meaningfull learning). Keunggulan dari kegiatan ini
yaitu dengan menyajikan obyek secara nyata kepada siswa, maka siswa akan merasa
tertantang untuk mengetahui lebih lanjut tentang obyek tersebut, sehingga siswa
merasa senang selama proses pembelajaran.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa
ingin tahu siswa, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi. Dengan metode observasi, siswa menemukan fakta keterhubungan antara
obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang disajikan oleh guru.
b.
Menanya
Siswa yang aktif salah satunya terlihat dari
intensitas mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang
dipelajari. Agar siswa aktif bertanya, guru perlu menstimulasinya dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang dapat mendorong siswa agar mau
mengungkapkan pikiran dan ide-idenya. Berbeda dengan penugasan yang
mengharuskan tindakan nyata dari siswa, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh
tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat
tanya”, dapat juga dalam bentuk pernyataan, dengan catatan keduanya memperoleh
tanggapan verbal dari siswa.
c.
Menalar
Menalar merupakan proses berfikir logis dan
sistematis terhadap fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh
simpulan berupa pengetahuan. Penalaran yang dimaksudkan dalam kurikulum 2013
yaitu berhubungan dengan proses asosiasi. Menurut kamus besar bahasa indonesia
asosiasi bermakna pembentukan hubungan atau pertalian
antara gagasan, ingatan, atau kegiatan pancaindra. Berangkat dari pengertian
tersebut, istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan
mengelompokan beragam ide dari peristiwa atau fenomena yang terjadi dan
menghubungkannya dengan ide atau gagasan yang telah tersimpan dalam memori
siswa sebelumnya sehingga terbentuklah gagasan baru yang tercipta dari proses
asosiasi tersebut. Proses ini dikenal sebagai proses menalar.
d.
Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau
otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk
materi pembelajaran yang sesuai. Dengan kegiatan mencoba ini maka pembelajaran
akan lebih bermakna bagi siswa karena siswa diberi kesempatan secara langsung
berinteraksi dengan peristiwa, fenomena, dan lingkungan nyata. Proses ini diharapkan
dapat mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar siswa, yaitu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor.
e.
Membentuk
Jejaring
Jejaring dalam pendekatan saintifik ini berkaitan dengan pembelajaran
kolaboratif. Kolaboratif atau kolabirasi merupakan istilah dari kerja sama.
Sehingga pembelajaran kolaboratif ini diartikan sebagai penciptaan situasi
kerja sama baik antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa
(kelompok). Dalam pembelajaran kolaboratif ini guru berperan sebagai
fasilitator yang membimbing siswa belajar secara berkelompok.
3.
Pembelajaran
Tematik Terpadu
“Model pembelajaran tematik adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.”
(Asep Herry Hernawan, 2007: 128)
Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran
yang dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Jacobs (Udin
Saefuddin Saud) mendefinisikan:
Pembelajaran terpadu adalah
sebuah pendekatan dalam pembelajaran sebagai suatu proses untuk mengaitkan dan
memadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan
semua aspek perkembangan anak, kebutuhan dan minat anak, serta kebutuhan dan
tuntutan lingkungan sosial keluarga.
Trianto (2012: 57) mengemukakan bahwa “pemebalajaran
terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar
mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman
bermakna kepada anak didik.”
Dalam materi PLPG (2013) dijelaskan bahwa pembelajaran
terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan
beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka atau satu kali
pertemuan, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Karena
peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu
melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dikuasainya.
Dalam pelaksanaannya pembelajaran terpadu tidak
boleh bertentangan dengan kurikulum. Namun, harus tetap memperhatikan tujuan
yang ingin dicapai sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Untuk memadukan materi
pelajaran yang dikemas dalam satu tema perlu memperhatikan karaktersistik
siswa, seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. Materi
pelajaran yang dipadukan tidak perlu dipaksakan. Maksudnya, apabila ada materi
yang memang tidak bisa untuk dipadukan maka tidak perlu dipadukan.
Trianto (2012: 58) mengemukakan prinsip-prinsip
pembelajaran terpadu yaitu: (1) prinsip penggalian tema, (2) prinsip
pengelolaan pembelajaran, (3) prinsip evaluasi, dan (4) prinsip reaksi.”
Landasan
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik tidak terlepas dari dasar
pijakan atau acuan yang menjadi pedoman dalam pelaksanaannya. Berikut ini
merupakan landasan pembelajaran tematik yang dikemukakan oleh Asep Herry
Hernawan (2007: 130)
f.
Landasan Filosofis
Pembelajaran tematik dipengaruhi
oleh tiga aliran filsafat yaitu progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme.
Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada
pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah
(natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat
pengalaman langsung siswa sebagai kunci dalam pembelajaran. Aliran humanisme
melihat siswa dari segi keunikan atau kekhasannya, potensinya, dan motivasi
yang dimilikinya.
g.
Landasan Psikologis
Pembelajaran tematik
berlandaskan pada dua aliran psikologi, yaitu psikologi perkembangan peserta
didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan perserta didik berfungsi
dalam menentukan isi atau materi pembelajaran tematik agar tingkat kedalaman
dan keluasannnya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi
belajar berkaitan dengan cara atau metode penyampaian materi pelajaran dan cara
siswa mempelajari materi tersebut.
h.
Landasan Yuridis
Pelaksanaan
pembelajaran tematik harus disesuaikan dengan berbagai kebijakan atau peraturan
yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah. Landasan yuridis
tersebut adalah UU No. 23 Pasal 9 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan UU
No. 20 Bab V Pasal 1-b Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Karakteristik
Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu berbeda dengan
pembelajaran konvensional yang sudah sejak lama diterapkan di sekolah. Terdapat
beberapa hal yang menjadi ciri pembeda pembelajaran tematik dengan pembelajaran
konvensional. Berikut ini karakteristik pembelajaran tematik yang dikemukakan
oleh Asep Herry Hernawan (2007: 131)
a.
Berpusat pada siswa
Siswa dipandang sebagai
subjek belajar yang secara aktif melakukan kegiatan eksplorasi terhadap
pengetahuan dan guru berperan sebagai fasilitator yang menyediakan lingkungan
belajar dan memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa selama melakukan
aktivitas belajar.
b.
Memberikan pengalaman langsung
Siswa mengkonstruksi
pengetahuan melalui interaksi langsung dengan obyek, fenomena, pengalaman, dan
lingkungannya secara konkrit (nyata). Pengalaman langsung ini sebagai dasar
bagi siswa untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c.
Pemisahan mata pelajaran tidak begitu
jelas
Dikarenakan
pembelajaran tematik menggunakan tema sebagai pemersatu mata pelajaran, maka
pembelajaran sedapat mungkin dirancang untuk menyajikan materi ajar dengan
tidak memenggal antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lainnya. Fokus
pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat dan
berkaitan dengan kehidupan siswa.
d.
Menyajikan konsep dari berbagai mata
pelajaran
Pembelajaran tematik
menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses
pembelajaran. Sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran secara utuh. Adanya keterkaitan antara konsep dari satu mata
pelajaran dengan konsep dari mata pelajaran lainnya diharapkan dapat membantu
siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
e.
Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik
bersifat fleksibe (luwes). Luwes artinya mudah menyesuaikan. Artinya
pembelajaran tematik dapat dirancang oleh guru dengan mengaitkan bahan ajar
dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, atau dapat pula
mengaitkan materi ajar dengan lingkungan dan kehidupan sehari-hari siswa.
f.
Hasil pembelajaran sesuai dengan minat
dan kebutuhan siswa
Dalam pembelajaran
tematik siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
g.
Menggunakan prinsip belajar sambil
bermain dan menyenangkan
Pembelajaran akan lebih
hidup jika siswa merasa senang mengikuti kegiatannya dan tidak ada unsur
keterpaksaan, sehingga materi ajar akan lebih mudah dipahami siswa. Oleh karena
itu dalam merancang pembelajaran tematik perlu memperhatikan prinsip belajar
sambil bermain dan menyenangkan.
Sementara Depdikbud
(Trianto, 2012: 61) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu
proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu: holistik,
bermakna, otentik, dan aktif.
Langkah-Langkah
(Sintaks) Pembelajaran Tematik Terpadu
Pada dasarnya
langkah-langkah pembelajaran tematik sama dengan langkah-langkah pada model
pembelajaran lainnya seperti pada model pembelajaran langsung, model
pembelajaran kooperatif, atau model pembelajaran berdasarkan masalah. Secara
umum terdapat tiga tahap pada pembelajaran yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, dan tahap evaluasi. (Prabowo dalam Trianto, 2012: 63)
Berikut ini tahapa
dalam pembelajaran tematik yang dikemukakan oleh Trianto (2012: 64)
a.
Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan
ini, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya: (1) menentukan
jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan; (2) memilih kajian
materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator; (3) menentukan sub
keterampilan yang dipadukan; (4) merumuskan indikator hasil belajar; dan (5)
menenntukan langkah-langkah pembelajaran.
b.
Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan
pembelajaran tematik mengikuti skenario langkah-langkah pembelajaran yang telah
dirancang pada tahap perencanaan. Dalam pelaksanaannya, guru berperan sebagai
fasilitator yang menyediakan lingkungan belajar bagi siswa dan memberikan kemudahan-kemudahan
untuk siswa selama berlangsaungnya kegiatan pembelajaran sehingga siswa aktif
sebagai pebelajar mandiri. Perlu adanya kejelasan dalam memberikan tanggung
jawab baik kepada individu maupun kelompok sehingga menuntut kerjasama
kelompok. Selain itu juga guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang muncul di
luar perkiraan atau di luar perencanaan.
c.
Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi ini
diklasifikasikan ke dalam dua jenis evaluasi, yaitu evaluasi proses
pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Dalam tahap evaluasi ini perlu
memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu, yaitu: (1) memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk
evaluasi lainnya, (2) guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi
perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan
pencapaian tujuan yang akan dicapai.
4.
Analisis
Kegiatan Saintifik berdasarkan Tahap-Tahap Pembelajaran Tematik dan Jenis LKS
Pengembangan
LKS mengacu pada pendekatan saintifik dan pembelajaran tematik. Tiga komponen
ini saling berhubungan satu sama lain. Berikut ini disajikan analisis kegiatan
saintifik yang didasarkan pada tahap-tahap pembelajaran tematik dan jenis LKS
yang digunakan.
Tabel
1
Analisis
Kegiatan Saintifik berdasarkan Tahap-Tahap Pembelajaran Tematik dan Jenis LKS
No.
|
Kriteria Pendekatan
Saintifik
|
Tahap-Tahap Pembelajaran
Tematik
|
Jenis LKS
|
A
|
B
|
C
|
D
|
1.
|
Substansi
atau materi pembelajaran benar-benar berdasarkan fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata.
|
Tahap pelaksanaan
|
Tertutup
|
2.
|
Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif
guru-peserta didik harus terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
|
Tahap perencanaan dan pelaksanaan
|
Semi Terbuka
|
(lanjutan)
Tabel
1
Analisis
Kegiatan Saintifik berdasarkan Tahap-Tahap Pembelajaran Tematik dan Jenis LKS
A
|
B
|
C
|
D
|
3.
|
Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,
analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
|
Tahap pelaksanaan dan evaluasi
|
Terbuka
|
4.
|
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik
(membuat dugaan) dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan
yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.
|
Tahap perencanaan dan pelaksanaan
|
Terbuka
|
5.
|
Mendorong dan
menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan
pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi
pembelajaran.
|
Tahap pelaksanaan dan evaluasi
|
Terbuka
|
6.
|
Berbasis
pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-jawabkan.
|
Tahap pelaksanaan
|
Tertutup
|
7.
|
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik
sistem penyajiannya.
|
Tahap perencanaan
|
Semi Terbuka
|
5.
Penelitian
yang Relevan
Penelitian
ini mengenai pengembangan Lembar Kerja Siswa berbasis pendekatan saintifik pada
subtema daur air di sekolah dasar. Berdasarkna hasil studi literatur, peneliti
menemukan beberapa tulisan atau penelitian lain yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Yang
pertama adalah penelitian dari Anis Supiati (2013) yang berjudul “Pengembangan
Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Konstruktivis untuk Siswa Kelas X SMA Negeri
2 Tuban”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKS yang dapat membantu siswa membangun pengetahuannya sendiri dan melatihkan
keterampilan sains.
Kedua, penelitian dari Eli Rohaeti dkk yang berjudul “Pengembangan Lembar
Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia untuk SMP Kelas VII, VIII, dan
IX”. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun dan mengembangkan LKS IPA aspek
Kimia SMP berdasarkan KTSP yang memenuhi kriteria kualitas sehingga dapat
digunakan sebagai sumber belajar dan media dalam pembelajaran kimia. Selain itu
juga bertujuan untuk menilai kualitas LKS IPA aspek Kimia SPM berdasarkan KTSP
yang memenuhi kriteria LKS berkualitas menurut penilaian guru IPA SMP dan guru
kimia SMA.
Ketiga,
penelitian dari Nur Ana dkk (2010) yang berjudul “Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berbasis Pembelajaran Kooperatif
Group Investigation (GI) untuk Melatih Keterampilan Berpikir Kritis”.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan LKS materi Ekosistem
berbasis pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) untuk melatih
keterampilan berpikir kritis siswa, dan mengetahui respon siswa terhadap
keterbacaan LKS, serta keterlaksanaan LKS. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan yang terdiri dari tahap pengembangan LKS dan tahap uji
coba LKS. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar telaah
LKS dan angket. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pemberian
lembar telaah LKS dan angket respon siswa terhadap keterbacaan LKS.
Keempat,
pemelitian dari Sidiq Budisetyawan (2012) yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA
Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Tema ‘Sistem Kehidupan dalam Tumbuhan’
Kelas VIII di SMPN 2 Playen”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan LKS IPA Terpadu berbasis inkuiri terbimbing pada tema sistem
kehidupan tumbuhan sehingga menghasilkan media pembelajaran yang layak
digunakan berdasarkan penilaian dosen ahli, teman sejawat, guru IPA, dan respon
dari siswa. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) dengan
model 4-D (Define, Design, Develop, dan Disseminate).
Terdapat
persamaan dan perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh keempat peneliti
tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti saat ini.
Persamaannya terletak dari segi pengembangan suatu produk. Penelitian sama-sama
mengembangkan produk berupa lembar kerja siswa. Sementara perbedaannya dari
segi tujuan. Pengembangan LKS pada penelitian ini bertujuan agar siswa mampu
menguasai dan menerapkan aktivitas sains dalam pembelajaran.
G.
Kerangka
Berpikir
Gambar
3 Kerangka Berpikir
Berhasil atau
tidaknya suatu pembelajaran dapat terlihat dari adanya perubahan pada diri
siswa. Perubahan ini terjadi pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ditemukan
permasalahan di SDN 1 Cisadap berkaitan dengan penggunaan Lembar Kerja Siswa
(LKS) dalam pembelajaran. LKS yang digunakan tidak mendorong siswa untuk aktif,
kreatif dan inovatif menuangkan ide-idenya dan menanamkan sikap ilmiah dalam
kegiatan belajar. LKS hanya berisi soal-soal latihan yang sebenarnya merupakan
soal evaluasi untuk mengukur kemampuan kognitif
siswa saja. Akibat yang timbul dari permasalahan tersebut yaitu siswa
menjadi kurang aktif dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa pun menjadi
rendah.
Penelitian ini
bertujuan untuk menghasilkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis saintifik yang
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik itu dalam aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Penggunaan LKS yang berbasis saintifik
ini diharapkan dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa berupa keterampilan proses
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Dengan berlandaskan pendekatan
saintifik, maka pada perancangan LKS ini memasukkan unsur-unsur atau
prinsip-prinsip dari pendekatan saintifik tersebut.
H.
Asumsi
dan Keterbatasan Pengembangan
1.
Asumsi Pengembangan
Dalam penelitian
ini, Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis saintifik dikembangkan dengan adanya
beberapa asumsi, yaitu:
a.
Menurut Bloom, yang dikutip dari
Muhammad Rohman, bahwa tujuan pembelajaran dapat terlihat dari bentuk perilaku
yang ditampilkan siswa dalam tiga domain, yaitu domain kognitif, afektif, dan
psikomotor.
b.
Berdasarkan PERMENDIKBUD Nomor 67 Tahun
2013, tujuan kurikulum 2013 yaitu untuk mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban
dunia.
c.
Esensi dari kurikulum 2013
yaitu pembelajaran
tematik, pembelajaran kontekstual, pendidikan karakter, pendekatan saintifik,
dan penilaian autentik.
2.
Keterbatasan Pengembangan
Dalam pengembangan LKS
berbasis pendekatan saintifik ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain:
a.
Kemampuan peneliti dalam mengembangkan LKS
masih terbatas
b.
Pengembangan hanya dilakukan oleh satu
orang peneliti saja sehingga dalam pelaksanaan uji coba hanya terbatas pada
lingkup kecil.
c.
Materi yang dikembangkan hanya terpaku
pada subtema Daur Air.
I.
Spesifikasi
Produk yang Dihasilkan
Produk yang
dihasilkan dari penelitian ini adalah sebuah Lembar Kerja Siswa berbasis
pendekatan saintifik. LKS ini berupa LKS tematik saintifik dengan menggabungkan
beberapa mata pelajaran yang terangkum dalam sebuah subtema dan digunakan untuk
membantu mengembangkan aktivitas saintifik siswa dalam pebelajaran.
LKS yang
dikembangkan dapat digunakan sebagai perangkat pembelajaran untuk siswa kelas V
sekolah dasar. LKS yang dikembangkan sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) pada subtema Daur Air.
J.
Metode
Penelitian
1.
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode penelitian dan
pengembangan (research and development). Menurut kamus besar bahasa Indonesia, penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian
data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu
persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip
umum. Sedangkan pengembangan adalah proses atau cara
yang dilakukan untuk mengembangkan sesuatu menjadi baik atau sempurna. Jadi, merujuk dari pengertian
tersebut, dapat didefinisikan bahwa penelitian pengembangan adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang
dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk mengembangkan sesuatu menjadi
lebih sempurna, atau mengembangkan suatu produk menjadi lebih baik.
Menurut Sugiyono (2009: 407), “metode penelitian dan
pengembangan (research and development) adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk
tersebut.”
Sesuai dengan namanya, Research & Development
dipahami sebagai kegiatan penelitian yang dimulai dengan research dan
diteruskan dengan development. Kegiatan research dilakukan untuk
mendapatkan informasi tentang kebutuhan pengguna (needs assessment) dan
dalam pelaksanaan uji coba produk, sedangkan kegiatan development dilakukan
untuk menghasilkan Lembar Kerja Siswa.
Proses pengembangan LKS
ini mengacu pada model pengembangan pembelajaran Thiagarajan yaitu model 4-D.
Model pengembangan 4-D ini meliputi tahap pendefinisian (define), tahap
perancangan (design), tahap pengembangan (development), dan tahap
pendiseminasian (disseminate).
2.
Desain
Penelitian
a.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini
mengambil lokasi di tiga sekolah dasar yang dianggap memiliki karakteristik
sama yaitu di SDN 1 Cisadap, SDN 3 Cisadap, dan SDN 4 Cisadap. Ketiga sekolah
tersebut berlokaksi di kabupaten Ciamis.
b.
Populasi dan Sampel Penelitian
“Populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian” (Suharsimi Arikunto, 2010:173). “Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Suharsimi Arikunto 2010:174).
Karena jumlah
populasi yang relatif sedikit, maka pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh
yaitu semua anggota populasi dijadikan sampel. Teknik pengambilan sampel (sampling)
yang digunakan adalah sampling jenuh. “Sampling jenuh adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel” (Sugiyono, 2009:
124). Yang menjadi populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas V sekolah dasar di tiga SD tersebut.
c.
Definisi Istilah
Lembar Kerja
Siswa adalah bagian dari perangkar pembelajaran berupa lembaran-lembaran yang
berisi rangkaian kegiatan atau tugas yang harus siswa lakukan ketika proses
pembelajaran.
Pendekatan
saintifik adalah pendekatan dalam pembelajaran
dengan
menggunakan metode ilmiah yang
mendorong siswa untuk menerapkan aktivitas sains pada
kegiatan pembelajaran berupa aktivitas
mengamati, menanya, mengasosiasi/menalar, mencoba/mengumpulkan data, dan membentuk
jejaring.
Lembar Kerja Siswa
berbasis saintifik adalah lembaran-lembaran tugas yang harus dikerjakan siswa
dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendorong siswa menerapkan aktivitas
sains pada kegiatan pembelajaran berupa aktivitas
mengamati, menanya, mengasosiasi/menalar, mencoba/mengumpulkan data, dan membentuk jejaring.
Pembelajaran
dengan subtema Daur Air adalah pembelajaran tematik di kelas V yang membahas tentang
siklus atau perputaran air yang ada di muka bumi yang dimanfaatkan oleh makhluk
hidup untuk proses kehidupannya. Subtema ini dibuat oleh peneliti sendiri dan
dirancang dengan mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
dari kurikulum 2013, hal ini dikarenakan belum ada subtema untuk kelas V pada
kurukulum 2013. Subtema ini menggabungkan tiga mata pelajaran yaitu IPA, Bahasa
Indonesia, dan SBdP (Seni Budaya dan Prakarya).
Berikut
ini pemetaan kompetensi dasar dari subtema Daur Air.
Gambar 4.
Pemetaan Kompetensi Dasar 1 dan 2
Gambar
5.
Pemetaan Kompetensi Dasar 3 dan 4
3.
Jenis
dan Pengembangan Instrumen Penelitian
“Instrumen
penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati” (Suguyono, 2009: 148). Berkaitan dengan penelitian ini
maka insrtumen yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk memperoleh atau
mengumpulkan data-data penelitian.
Berikut
ini adalah instrumen yang digunakan dalam penelitian.
Tabel
2
Jenis
Data, Teknik Pengumpulan data, Instrumen yang digunakan
No
|
Jenis Data
|
Teknik Pengumpulan Data
|
Instrumen
|
Sumber data
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
1.
|
Penggunaan Lembar Kerja Siswa dalam
pembelajaran di kelas V
|
Wawancara
bebas
|
Pedoman
wawancara
|
Guru
Kelas
V
|
|
|
Studi dokumentasi
|
Check-list
|
Arsip sekolah
|
2.
|
Validasi rancangan Lembar Kerja Siswa berbasis
pendekatan saintifik untuk siswa kelas V
|
Validasi ahli
|
Kuesioner/ angket
|
Validator ahli
|
3.
|
Hasil belajar siswa
|
Tes hasil belajar
|
Pilihan ganda
|
Siswa kelas V
|
4.
|
Penanaman aktivitas sains oleh siswa
dalam pembelajaran
|
Observasi
|
Format observasi
|
Siswa kelas V
|
5.
|
Respon siswa terhadap pembelajaran
|
Penilaian
Sikap
|
Angket
|
Siswa kelas V
|
Instrumen ini akan
dibuat dengan mengacu kepada kompetensi inti, kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran. Setelah penyusunan instrumen selesai, maka tahap selanjutnya
yaitu akan dilakukan uji coba instrumen ke sekolah dasar. Tujuan dari pengujian
instrumen yaitu untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang
digunakan dalam penelitian.
“Validitas
merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian
dengan data yang dilaporkan oleh peneliti” (Sugiyono, 2009 : 363).
“Reliabilitas
berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan”
(Sugiyono, 2009: 268). Suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih
peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama.
4.
Prosedur
penelitian
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini
merupakan penelitian pengembangan yang menggunakan model pengembangan 4-D dari
Thiagarajan. Model ini memiliki beberapa tahap pengembangan yaitu tahap
pendefinisian, tahap perancangan, tahap pengembangan, dan tahap penyebaran.
a.
Tahapan Pendefinisian (Define). Tujuan dari tahap ini adalah
menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran diawali dengan
analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Dalam tahap
ini meliputi lima langkah pokok, yaitu analisis ujung depan, analisis siswa,
analisis tugas, analisis konsep, dan perumusan tujuan pembelajaran.
b.
Tahapan
Perancangan (Design). Tujuan dari tahap ini adalah
menyiapkan rancangan perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari tiga
langkah pokok, yaitu penyusunan tes, pemilihan media, dan pemilihan format
perangkat pembelajaran.
c.
Tahap Pengembangan (Development). Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat
pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan daari pakar dan hasil
ujicoba lapangan. Tahap ini meliputi validaaasi perangkat oleh ahli, revisi,
dan ujicoba kepada siswa.
d.
Tahap Pendiseminasian (Disseminate). Tahai ini merupakan tahap
penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas
misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain
adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam KBM.
Berikut ini alur
penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti berdasarkan model 4-D:
Gambar
6 Alur Pengembangan LKS Model 4-D
(Thiagarajan, Semmel,
dan Semmel, 1974)
1)
Desain Uji coba
Dalam pelaksanaan uji
coba, peneliti menggunakan pre-experimental
design dengan bentuk one-group
pretest-posttest design. Berikut ini digambarkan pola one-group pretest-posttest design dari Sugiyono (2009: 111)
Gambar
7 One-Group Pretest-Posttest Design
Keterangan:
O1 = nilai pretest (sebelum diberi
perlakuan)
X = perlakuan
dengan LKS berbasis pendekatan saintifik
O2 = nilai posttest (setelah diberi perlakuan)
2)
Subjek uji coba
Subjek uji coba adalah siswa kelas V SDN 1 Cisadap, SDN
3 Cisadap, dan SDN 4 Cisadap.
3)
Jenis data
Data yang dikumpulkan dalam uji coba adalah data
untuk mengetahui implementasi pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis
pendekatan saintifik. Berikut ini tabel jenis data dan instrumen pengumpulan
data yang digunakan selama proses uji coba.
Tabel 3
Jenis Data dan
Instrumen Pengumpulan Data Uji Coba
No.
|
Jenis Data
|
Instrumen
|
Bentuk
|
Sumber
|
1.
|
Hasil belajar siswa
|
Tes hasi belajar
|
Pilihan ganda
|
Siswa kelas V
|
2.
|
Penanaman aktivitas sain oleh siswa
dalam pembelajaran
|
Observasi
|
Format observasi
|
Siswa kelas V
|
3.
|
Respon siswa terhadap pembelajaran
|
Penilaian sikap
|
Angket
|
Siswa kelas V
|
4)
Analisis Data
Analisis
atau pengolahan data dilakukan pada nilai pretest
dan posttest. Pengolahan data ini
bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pada subtema Daur
Air. Analisis juga dilakukan terhadap data hasil observasi proses pembelajaran
dengan menggunakan LKS berbasis pendekatan saintifik dan analisis respon siswa
terhadap pembelajaran. Sehingga akan diketahui barhasil atau tidaknya penerapan
LKS berbasis pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Setelah melalui uji coba
dan reivisi, maka akan tercipta sebuah produk Lembar Kerja Siswa berbasis
pendekatan saintifik.