Fadhilah Dan Hikmah Puasa
Agar seorang muslim dapat menjalani ibadah puasa
Ramadhan dengan baik, tidak sekadar untuk menggugurkan kewajiban, apalagi
sampai menganggapnya sebagai beban, berikut ini akan dibahas keutamaan dan
hikmah puasa yang perlu diketahui.
Keutamaan puasa
1. Puasa Ramadhan merupakan salah satu sebab seorang
hamba mendapatkan pengampunan dari dosa. Nabi shallallahu alaih wa sallam
bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala,
dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”(HR. Bukhari no. 38, Muslim no.
760)
Pahala orang yang berpuasa tidak terhingga, dan Allah
sendiri yang akan membalasnya. Allah berfirman (yang artinya): “Semua amal
manusia adalah untuk dirinya. Dan setiap kebaikan akan dilipatgandakan
balasannya menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Puasa
adalah untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya.”(HR. at-Tirmidzi 764)
2. Puasa adalah tameng yang menjaga pelakunya
dari perbuatan yang sia-sia dan dari pedihnya azab neraka. Nabi shallallahu
alaih wa sallam bersabda, “Puasa adalah tameng, maka seorang yang berpuasa
janganlah berkata-kata keji dan berteriak-teriak.”(HR. al-Bukhari no. 1805,
Muslim no. 1151). Beliau juga bersabda, “Puasa adalah tameng bagi seorang hamba
untuk menjaga dirinya dari nereka.”(HR. Ahmad 3/369)
3. Puasa akan memberi syafaat kepada orang yang
mengerjakannya pada hari kiamat. Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda,
“Puasa dan al-Quran akan memberi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat.
Puasa akan berkata, “Wahai Rabbku, aku telah membuatnya meninggalkan makanan
dan syahwat, maka jadikanlah aku sebagai syafaat untuknya.” Al-Quran akan
mengatakan, “Wahai Rabbku, aku telah membuatnya tidak tidur di malam hari, maka
jadikanlah aku sebagi syafaat baginya.” Beliau shallallahu alaih wa sallam
bersabda, “Maka keduanya memberi syafaat.”(HR. Ahmad 2/174)
4. Puasa merupakan salah satu sebab seorang hamba
meraih ketakwaan. Allah subhaanahu wa taala berfirman (yang artinya), “Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (al-Baqarah: 183)
5. Orang yang berpuasa akan masuk surga dari pintu
ar-rayyan. Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di surga
ada pintu yang diberi nama ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk ke
surga melalui pintu itu pada hari kiamat dan tidak ada yang masuk melaluinya
selain mereka.”(Muttafaqun ‘alaih, al-Bukhari 1896, Muslim 1152)
6. Orang yang berpuasa akan mendapat dua kebahagiaan,
yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Nabi shallallahu alaih wa sallam
bersabda, “Ada dua kebahagiaan bagi orang yang berpuasa. (Yaitu) ketika berbuka
dia berbahagia dengan buka puasanya, dan ketika bertemu Rabbnya dia berbahagia
dengan puasanya.” (HR. Muslim 2762)
7. Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi
Allah, daripada aroma minyak wangi misik. Nabi shallallahu alaih wa sallam
bersabda, “Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut
orang yang berpuasa itu lebih wangi di sisi Allah pada hari kiamat, daripada
aroma minyak wangi misik.” (HR. Muslim 2762)
8. Orang yang berpuasa memiliki doa yang mustajab pada
saat berpuasa dan ketika berbuka. Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda,
“Ada tiga jenis manusia yang tidak ditolak doanya; Penguasa yang adil, Orang
yang sedang berpuasa sampai ia berbuka, dan orang yang dizalimi.”(HR. Ibnu
Majah 1752) Nabi shallallahu alaih wa sallam juga bersabda, “Sungguh, orang
yang berpuasa memiliki doa yang tidak akan ditolak ketika dia berbuka.”(HR.
Ibnu Majah 1753)
9. Puasa adalah penggugur dosa-dosa seorang muslim.
Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Fitnah seseorang terhadap keluarga,
harta, anak dan tetangganya akan digugurkan dengan shalat, puasa, sedekah dan
amar makruf nahi munkar.”(Muttafaqun ‘alaih, al-Bukhari 525, Muslim 144)
10. Orang yang menutup usia saat sedang berpuasa
dengan niat yang ikhlas akan dimasukkan ke surga. Nabi shallallahu alaih wa
sallam bersabda, “Barangsiapa mengatakan ‘Laa ilaaha illallah’, karena
mengharap wajah Allah, dan ia menutup usianya dengan kalimat itu, akan masuk
surga. Barangsiapa berpuasa satu hari karena mengharap wajah Allah dan ia
menutup usianya dengan puasa tersebut, akan masuk surga. Dan barangsiapa
bersedekah karena mengharap wajah Allah dan ia menutup usianya dengan sedekah
tersebut, akan masuk surga.”(Shahih at-Targhib wa at-Tarhib 1/579)
Hikmah puasa
Hikmah puasa banyak sekali dan dapat diketahui oleh
orang-orang yang berakal sehat dan memiliki fitrah yang lurus. Oleh karenanya
Allah subhaanahu wa taala mensyariatkan puasa sebagai rahmat bagi hamba-hamba-Nya.
Diantara hikmah-hikmah yang mulia itu antara lain:
1. Dari segi ibadah, puasa merupakan bentuk ibadah
badaniyah yang utama dan sangat dicintai oleh Allah sebab di dalamnya terkumpul
tiga macam kesabaran, yaitu:
Sabar melaksanakan ketaatan kepada Allah.
Sabar menjauhi kemaksiatan kepada Allah.
Sabar atas takdir Allah yang dirasakan pahit.
Dengan puasa, seorang hamba mendekatkan diri kepada
Allah dengan meninggalkan beberapa perkara yang disenangi dan dicintainya
berupa makanan, minuman dan berhubungan suami istri. Dengan ini tampaklah
kejujuran imannya, kesempurnaan penghambaannya, dan kekuatan cinta dan
pengharapannya kepada Allah.
2. Dari segi sosial kemasyarakatan, puasa Ramadhan
menjadikan orang-orang yang kaya dan miskin saling berlunak hati dan berkasih
sayang, karena semuanya menjalani ibadah tersebut secara bersama-sama, sehingga
timbul perasaan senasib sepenanggungan. Ketika orang kaya berpuasa, ia
merasakan betapa pedihnya menahan lapar dan betapa sulitnya menahan haus. Hal ini
akan mengingatkannya dengan saudara-saudaranya yang fakir, yang merasakan
kepedihan dan kesulitan itu sepanjang tahun, sehingga timbullah kesediaan untuk
memberikan sebagian hartanya untuk mereka. Dengan suasana seperti ini hilanglah
perasaan iri hati diantara mereka. Kedengkian berganti menjadi perasaan saling
cinta. Terwujudlah kedamaian di semua lapisan masyarakat.
3.Dari segi kesehatan, puasa merupakan jeda waktu bagi
lambung untuk beristirahat setelah sebelas bulan terus menerus bekerja
menghancurkan dan mengolah makanan. Lambung adalah gudang penyakit. Menjaga
lambung adalah tindakan pencegahan yang paling utama.
Dengan puasa, hati dapat berkonsentrasi untuk
bertafakkur dan berdzikir mengingat Allah. Sebab menuruti syahwat akan membuat
hati menjadi lalai, bahkan bisa mengeraskan dan membutakannya dari melihat
kebenaran. Oleh karena itulah Nabi shallallahu alaih wa sallam membimbing kita
untuk bersikap sederhana dalam hal makan dan minum. Beliau bersabda, “Hendaknya
manusia merasa cukup dengan beberapa suap makanan yang dapat menegakkan
punggungnya.”(HR. Ibnu Majah 3349)
Puasa melatih manusia untuk menahan dan menguasai
dirinya sehingga ia bisa menuntunnya untuk mengerjakan apa yang mendatangkan
kebaikan dan kebahagiaan.
Puasa menghilangkan kesombongan dan keangkuhan diri,
sebab rasa kenyang dan selalu berhubungan badan akan membawa orang kepada
kejelekan, kesombongan dan keangkuhan. Hal tersebut karena ketika manusia
membutuhkan perkara-perkara ini, ia akan sangat sibuk untuk mendapatkannya. Dan
jika ia telah memiliki semua itu, timbullah pandangan bahwa ia telah beruntung
dan menjadi lebih tinggi dari yang lainnya.
Puasa menyempitkan pembuluh darah yang membuat setan
sulit mengalir di dalam tubuh manusia, karena setan berjalan dalam tubuh
melalui saluran darah. Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda,“Sesungguhnya
setan mengalir di dalam diri kalian pada tempat mengalirnya darah.”(HR.
at-Tirmidzi 1172)
Puasa menghilangkan kedengkian, kebencian dan
kegelisahan di dalam hati. Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda, “Puasa
pada bulan kesabaran dan tiga hari di setiap bulan akan menghilangkan
kedengkian hati.” (Shahih at-Targhib wa at-Tarhiib 1/599)
Puasa membuat orang kaya menyadari betapa banyak
anugerah yang Allah berikan kepadanya. Sebab di sekitarnya, masih banyak sekali
orang yang tidak memiliki kekayaan seperti dirinya.
Demikianlah, betapa mulia dan bermanfaatnya syariat
Allah bagi makhluk dan betapa besar hikmah Allah yang terkandung di dalamnya.
(Sumber: Majalis Syahr Ramadhan, Syaikh Muhammad bin
Shalih al-Utsaimin, Taisirul ‘Allam Syarh ‘Umdatul Ahkam, Syaikh Abdullah bin
Abdurrahman alu Bassam, as-Shiyam fii Dhaui al-Kitab wa as-Sunnah, DR. Sa’id
bin Wahf al-Qahthaniy)