DARI kawasan di kaki Gunung Cikurai inilah, sebutan "Swiss van Java" untuk Garut terlahir. Dari tempat bernama Ngamplang tersebut, Kota Garut terlihat begitu jelas dikelilingi pegunungan, layaknya kota-kota di Swiss yang juga dikelilingi pegunungan.
Ngamplang terletak empat kilometer dari Kota Garut ke arah Tasikmalaya, tepatnya di Kecamatan Cilawu. Tempat ini berada pada ketinggian beberapa ratus meter di atas permukaan tanah Kota Garut, membuat udaranya jauh lebih sejuk dan segar.
Dari Ngamplang, Sungai Cimanuk tampak meliuk membelah Kota Garut, seperti Sungai Aare yang membelah Ibu Kota Swiss, Bern. Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Talaga Bodas, serta Gunung Sadahurip yang terkenal dengan sebutan Gunung Piramida, terlihat jelas mengelilingi Kota Garut, dari Ngamplang saat langit cerah.
Hal tersebut pun diucapkan Komandan Korem 062 Tarumanagara, Kolonel Inf Besar Harto Karyawan, saat menghadiri kegiatan pelepasan seribu burung di Ngamplang, pekan lalu. Katanya, warga dan pesohor Eropa selalu mengunjungi Ngamplang untuk melihat keindahan Kota Garut.
Pengurus Lapangan Golf Flamboyan Ngamplang, Sawin, mengatakan sekitar tahun 1930, Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan sanatorium, yakni tempat penyembuhan penyakit khusus, dan sebuah hotel di Ngamplang. Sejak saat itu, Garut menjadi tempat wisata favorit warga Eropa.
"Termasuk Charlie Chaplin, aktor komedi itu tercatat dua kali ke Garut dan menginap di Grand Hotel Ngamplang. Dari Stasiun Cibatu, dia mengunjungi Situ Bagendit dan Cipanas. Kemudian menginap di Ngamplang sebelum melanjutkan ke Gunung Papandayan," kata Sawin di Lapangan Golf Flamboyan Ngamplang, Rabu (5/2).
Pemandangan Kota Garut yang dikelilingi gunung-gunung, sungai, dan danau, dari Ngamplang, membuat warga Eropa memberikan julukan Swiss van Java kepada Garut. Ditambah, Garut memiliki Gunung Papandayan yang dinilai mirip Pegunungan Alpen, tentunya tanpa salju.
Garoet Mooi, sebutan yang berarti Garut Cantik, pun disematkan oleh warga Eropa yang mengunjungi Garut. Ratu Belanda dan Perdana Menteri Prancis kala itu pun dikabarkan sempat menginap di Hotel Grand Ngamplang, menikmati kemolekan Garut.
Pada tahun 1942 saat pergerakan kemerdekaan, katanya, warga Garut membakar seluruh bangunan hotel bertaraf internasional dan sanatorium di Ngamplang tersebut. Hingga kini, bangunan yang tersisa hanyalah kolam air mancur di tengah bukit, menjadi saksi bisu kedatangan para pejabat dan pesohor dari Eropa ke Garut.
Setelah Indonesia Merdeka, Ngamplang dikelola Korem 062 Tarumanagara. Pada 1977, bangunan hotel didirikan kembali bersama golf club house. Renovasi hotel pun dilakukan pada 1990 dan hingga kini Lapangan Golf Flamboyan Ngamplang memiliki luas 20 hektare dengan jumlah 9 hole. Selain itu, terdapat juga lapangan tenis dan lapangan voli pantai.
Puluhan warga asal Garut, Tasikmalaya, Bandung, Jakarta, Karawang, dan daerah lainnya, kata Sawin, mendatangi Ngamplang untuk bermain golf, khususnya pada akhir pekan. Warga negara asing, seperti dari Korea, Jepang, Belanda, dan Australia, katanya, sangat menikmati bermain golf di Ngamplang.
"Katanya, medannya menantang karena banyak yang miring. Mereka sangat menikmati pemandangan Kota Garut dari atas Ngamplang. Apalagi dengan menaiki menara air. Mereka senang, udaranya sangat bersih, sejuk, dan banyak burung yang berkicau di pepohonan rimbun," kata Sawin.
Sayangnya, bangunan Grand Hotel Ngamplang masih dalam tahap renovasi sejak 2012. Walaupun demikian, siapa pun yang datang ke Ngamplang dan melihat Kota Garut dari sini akan mengetahui hal yang menyebabkan warga Eropa memanggil Garut dengan sebutan Swiss van Java, Swiss dari Pulau Jawa. (*)