Nabi
Sulaiman adalah salah seorang putera Nabi Daud. Sejak ia masih
kanak-kanak berusia sebelas tahun, ia sudah menampakkan tanda-tanda
kecerdasan, ketajaman otak, kepandaian berfikir serta ketelitian di
dalam mempertimbangkan dan mengambil sesuatu keputusan.
Nabi Sulaiman Seorang Juri
Sewaktu
Daud, ayahnya menduduki tahta kerajaan Bani Isra'il ia selalu
mendampinginnya dalam tiap-tiap sidang peradilan yang diadakan untuk
menangani perkara-perkara perselisihan dan sengketa yang terjadi di
dalam masyarakat. Ia memang sengaja dibawa oleh Daud, ayahnya
menghadiri sidang-sidang peradilan serta menyekutuinya di dalam
menangani urusan-urusan kerajaan untuk melatihnya serta menyiapkannya
sebagai putera mahkota yang akan menggantikanya memimpin kerajaan, bila
tiba saatnya ia harus memenuhi panggilan Ilahi meninggalkan dunia yang
fana ini. Dan memang Sulaimanlah yang terpandai di antara sesama
saudara yang bahkan lebih tua usia daripadanya.
Suatu peristiwa
yang menunjukkan kecerdasan dan ketajaman otaknya iaitu terjadi pada
salah satu sidang peradilan yang ia turut menghadirinya. dalam
persidangan itu dua orang datang mengadu meminta Nabi Daud mengadili
perkara sengketa mereka, iaitu bahawa kebun tanaman salah seorang dari
kedua lelaki itu telah dimasuki oleh kambing-kambing ternak kawannya di
waktu malam yang mengakibatkan rusak binasanya perkarangannya yang
sudah dirawatnya begitu lama sehingga mendekati masa menuainya. Kawan
yang diadukan itu mengakui kebenaran pengaduan kawannya dan bahawa
memang haiwan ternakannyalah yang merusak-binasakan kebun dan
perkarangan kawannya itu.
Dalam perkara sengketa tersebut, Daud
memutuskan bahawa sebagai ganti rugi yang dideritai oleh pemilik kebun
akibat pengrusakan kambing-kambing peliharaan tetangganya, maka pemilik
kambing-kambing itu harus menyerahkan binatang peliharaannya kepada
pemilik kebun sebagai ganti rugi yang disebabkan oleh kecuaiannya
menjaga binatang ternakannya. Akan tetapi Sulaiman yang mendengar
keputusan itu yang dijatuhkan oleh ayahnya itu yang dirasa kurang tepat
berkata kepada si ayah: "Wahai ayahku, menurut pertimbanganku
keputusan itu sepatut berbunyi sedemikian : Kepada pemilik perkarangan
yang telah binasa tanamannya diserahkanlah haiwan ternak jirannya untuk
dipelihara, diambil hasilnya dan dimanfaatkan bagi keperluannya,
sedang perkarangannya yang telah binasa itu diserahkan kepada
tetangganya pemilik peternakan untuk dipugar dan dirawatnya sampai
kembali kepada keadaan asalnya, kemudian masing-masing menerima kembali
miliknya, sehingga dengan cara demikian masing-masing pihak tidak ada
yang mendapat keuntungan atau kerugian lebih daripada yang sepatutnya."
Kuputusan
yang diusulkan oleh Sulaiman itu diterima baik oleh kedua orang yang
menggugat dan digugat dan disambut oleh para orang yang menghadiri
sidang dengan rasa kagum terhadap kecerdasan dan kepandaian Sulaiman
yang walaupun masih muda usianya telah menunjukkan kematangan berfikir
dan keberanian melahirkan pendapat walaupun tidak sesuai dengan
pendapat ayahnya.
Peristiwa ini merupakan permulaan dari sejarah
hidup Nabi Sulaiman yang penuh dengan mukjizat kenabian dan kurnia
Allah yang dilimpahkan kepadanya dan kepada ayahnya Nabi Daud.
Sulaiman Menduduki Tahta Kerajaan Ayahnya
Sejak
masih berusia muda Sulaiman telah disiapkan oleh Daud untuk
menggantikannya untuk menduduki tahta singgahsana kerajaan Bani
Isra'il.
Abang Sulaiman yang bernama Absyalum tidak merelakan
dirinya dilangkahi oleh adiknya .Ia beranggapan bahawa dialah yang
sepatutnya menjadi putera mahkota dan bukan adiknya yang lebih lemah
fizikalnya dan lebih muda usianya srta belum banyak mempunyai
pengalaman hidup seperti dia. Kerananya ia menaruh dendam terhadap
ayahnya yang menurut anggapannya tidak berlaku adil dan telah
memperkosa haknya sebagai pewaris pertama dari tahta kerajaan Bani
Isra'il.
Absyalum berketetapan hati akan memberotak terhadap
ayahnya dan akan berjuang bermati-matian untuk merebut kekuasaan dari
tangan ayahnya atau adiknya apa pun yang harus ia korbankan untuk
mencapai tujuan itu. Dan sebagai persiapan bagi rancangan
pemberontakannya itu, dari jauh-jauh ia berusaha mendekati rakyat,
menunjukkan kasih sayang dan cintanya kepada mereka menolong
menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi serta mempersatukan
mereka di bawah pengaruh dan pimpinannya. Ia tidak jarang bagi
memperluaskan pengaruhnya, berdiri didepan pintu istana mencegat
orang-orang yang datang ingin menghadap raja dan ditanganinya sendiri
masalah-masalah yang mereka minta penyelesaian.
Setelah merasa
bahawa pengaruhnya sudah meluas di kalangan rakyat Bani Isra'il dan
bahawa ia telah berhasil memikat hati sebahagian besar dari mereka,
Absyalum menganggap bahawa saatnya telah tiba untuk melaksanakan
rencana rampasan kuasa dan mengambil alih kekuasaan dari tangan ayahnya
dengan paksa. Lalu ia menyebarkan mata-matanya ke seluruh pelosok
negeri menghasut rakyat dan memberi tanda kepada penyokong-penyokong
rencananya, bahawa bila mereka mendengar suara bunyi terompet, maka
haruslah mereka segera berkumpul, mengerumuninya kemudian mengumumkan
pengangkatannya sebagai raja Bani Isra'il menggantikan Daud ayahnya.
Syahdan
pada suatu pagi hari di kala Daud duduk di serambi istana
berbincang-bincang dengan para pembesar dan para penasihat
pemerintahannya, terdengarlah suara bergemuruh rakyat bersorak-sorai
meneriakkan pengangkatan Absyalum sebagai raja Bani Isra'il menggantikan
Daud yang dituntut turun dari tahtanya. Keadaan kota menjadi
kacau-bilau dilanda huru-hara keamanan tidak terkendalikan dan
perkelahian terjadi di mana-mana antara orang yang pro dan yang kontra
dengan kekuasaan Absyalum.
Nabi Daud merasa sedih melihat
keributan dan kekacauan yang melanda negerinya, akibat perbuatan
puterannya sendiri. Namun ia berusaha menguasai emosinya dan menahan
diri dari perbuatan dan tindakan yang dapat menambah parahnya keadaan.
Ia mengambil keputusan untuk menghindari pertumpahan darah yang tidak
diinginkan, keluar meninggalkan istana dan lari bersama-sama pekerjanya
menyeberang sungai Jordan menuju bukit Zaitun. Dan begitu Daud keluar
meninggalkan kota Jerusalem, masuklah Absyalum diiringi oleh para
pengikutnya ke kota dan segera menduduki istana kerajaan. Sementara
Nabi Daud melakukan istikharah dan munajat kepada Tuhan di atas bukit
Zaitun memohon taufiq dan pertolongan-Nya agar menyelamatkan kerajaan
dan negaranya dari malapetaka dan keruntuhan akibat perbuatan puteranya
yang durhaka itu.
Setelah mengadakan istikharah dan munajat yang
tekun kepada Allah, akhirnya Daud mengambil keputusan untuk segera
mengadakan kontra aksi terhadap puteranya dan dikirimkanlah sepasukan
tentera dari para pengikutnya yang masih setia kepadanya ke Jerusalem
untuk merebut kembali istana kerajaan Bani Isra'il dari tangan
Absyalum. Beliau berpesan kepada komandan pasukannya yang akan
menyerang dan menyerbu istana, agar bertindak bijaksana dan sedapat
mungkin menghindari pertumpahan darah dan pembunuhan yang tidak perlu,
teristimewa mengenai Absyalum, puteranya, ia berpesan agar diselamatkan
jiwanya dan ditangkapnya hidup-hidup. Akan tetapi takdir telah
menentukan lain daripada apa yang si ayah inginkan bagi puteranya.
Komandan yang berhasil menyerbu istana tidak dapat berbuat lain kecuali
membunuh Absyalum yang melawan dan enggan menyerahkan diri setelah ia
terkurung dan terkepung.
Dengan terbunuhnya Absyalum kembalilah
Daud menduduki tahtanya dan kembalilah ketenangan meliputi kota
Jerusalem sebagaimana sediakala. Dan setelah menduduki tahta kerajaan
Bani Isra'il selama empat puluh tahun wafatlah Nabi Daud dalam usia
yang lanjut dan dinobatkanlah sebagai pewarisnya Sulaiman sebagaimana
telah diwasiatkan oleh ayahnya.
Kekuasaan Sulaiman Atas Jin dan Makhluk Lain
Nabi
Sulaiman yang telah berkuasa penuh atas kerajaan Bani Isra'il yang
makin meluas dan melebar, Allah telah menundukkan baginya
makhluk-makhluk lain, iaitu Jin angin dan burung-burung yang kesemuanya
berada di bawah perintahnya melakukan apa yang dikehendakinya dan
melaksanakan segala komandonya. Di samping itu Allah memberinya pula
suatu kurnia berupa mengalirnya cairan tembaga dari bawah tanah untuk
dimanfaatkannya bagi karya pembangunan gedung-gedung, perbuatan
piring-piring sebesar kolam air, periuk-periuk yang tetap berada diatas
tungku yang dikerjakan oleh pasukan Jin-Nya.
Sebagai salah satu
mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Sulaiman ialah kesanggupan
beliau menangkap maksud yang terkandung dalam suara binatang-binatang
dan sebaliknya binatang-binatang dapat pula mengerti apa yang ia
perintahkan dan ucapkan.
Demikianlah maka tatkala Nabi Sulaiman
berpergian dalam rombongan kafilah yang besar terdiri dari manusia, jin
dan binatang-binatang lain, menuju ke sebuah tempat bernama Asgalan ia
melalui sebuah lembah yang disebut lembah semut. Disitu ia mendengar
seekor semut berkata kepada kawan-kawannya: "Hai semut-semut, masuklah
kamu semuanya ke dalam sarangmu, agar supaya kamu selamat dan tidak
menjadi binasa diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya tanpa ia sedar dan
sengaja.
Nabi Sulaiman tersenyum tertawa mendengar suara semut
yang ketakutan itu. Ia memberitahu hal itu kepada para pengikutnya
seraya bersyukur kepada Allah atas kurnia-Nya yang menjadikan ia dapat
mendengar serta menangkap maksud yang terkandung dalam suara semut itu.
Ia merasa takjud bahawa binatang pun mengerti bahawa nabi-nabi Allah
tidak akan mengganggu sesuatu makhluk dengan sengaja dan dalam keadaan
sedar.
Sulaiman dan Ratu Balqis
Setelah
Nabi Sulaiman membangunkan Baitulmaqdis dan melakukan ibadah haji
sesuai dengan nadzarnya pergilah ia meneruskan perjalannya ke Yeman.
Setibanya di San'a - ibu kota Yeman ,ia memanggil burung hud-hud
sejenis burung pelatuk untuk disuruh mencari sumber air di tempat yang
kering tandus itu. Ternyata bahawa burung hud-hud yang dipanggilnya itu
tidak berada diantara kawasan burung yang selalu berada di tempat
untuk melakukan tugas dan perintah Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman marah
dan mengancam akan mengajar burung Hud-hud yang tidak hadir itu bila ia
datang tanpa alasan dan uzur yang nyata.
Berkata burung Hud-hud
yang hinggap didepan Sulaiman sambil menundukkan kepala ketakutan::
"Aku telah melakukan penerbangan pengintaian dan menemukan sesuatu yang
sangat penting untuk diketahui oleh paduka Tuan. Aku telah menemukan
sebuah kerajaan yang besar dan mewah di negeri Saba yang dikuasai dan
diperintah oleh seorang ratu. Aku melihat seorang ratu itu duduk di
atas sebuah tahta yang megah bertaburkan permata yang berkilauan. Aku
melihat ratu dan rakyatnya tidak mengenal Tuhan Pencipta alam semesta
yang telah mengurniakan mereka kenikmatan dan kebahagian hidup. Mereka
tidak menyembah dan sujud kepada-Nya, tetapi kepada matahari. Mereka
bersujud kepadanya dikala terbit dan terbenam. Mereka telah disesatkan
oleh syaitan dari jalan yang lurus dan benar."
Berkata Sulaiman
kepada Hud-hud: "Baiklah, kali ini aku ampuni dosamu kerana berita yang
engkau bawakan ini yang aku anggap penting untuk diperhatikan dan
untuk mengesahkan kebenaran beritamu itu, bawalah suratku ini ke Saba
dan lemparkanlah ke dalam istana ratu yang engkau maksudkan itu,
kemudian kembalilah secepat-cepatnya, sambil kami menanti perkembangan
selanjutnya bagaimana jawapan ratu Saba atas suratku ini."
HUd-hud
terbang kembali menuju Saba dan setibanya di atas istana kerajaan Saba
dilemparkanlah surat Nabi Sulaiman tepat di depan ratu Balqis yang
sedang duduk dengan megah di atas tahtanya. Ia terkejut melihat sepucuk
surat jatuh dari udara tepat di depan wajahnya. Ia lalu mengangkat
kepalanya melihat ke atas, ingin mengetahui dari manakah surat itu
datang dan siapakah yang secara kurang hormat melemparkannya tepat di
depannya. Kemudian diambillah surat itu oleh ratu, dibuka dan baca
isinya yang berbunyi: "Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Penyayang, surat ini adalah daripadaku, Sulaiman. Janganlah kamu
bersikap sombong terhadapku dan menganggap dirimu lebih tinggi
daripadaku. Datanglah sekalian kepadaku berserah diri."
Setelah
dibacanya berulang kali surat Nabi Sulaiman Ratu Balqis memanggil para
pembesarnya dan para penasihat kerajaan berkumpul untuk memusyawarahkan
tindakan apa yang harus diambil sehubungan dengan surat Nabi Sulaiman
yang diterimanya itu.
Berkatlah para pembesar itu ketika diminta
petimbangannya: "Wahai paduka tuan ratu, kami adalah putera-putera yang
dibesarkan dan dididik untuk berperang dan bertempur dan bukan untuk
menjadi ahli pemikir atau perancang yang patut memberi pertimbangan
atau nasihat kepadamu. Kami menyerahkan kepadamu untuk mengambil
keputusan yang akan membawa kebaikan bagi kerajaan dan kami akan tunduk
dan melaksanakan segala perintah dan keputusanmu tanpa ragu. Kami
tidak akan gentar menghadapi segala ancaman dari mana pun datangnya
demi menjaga keselamatanmu dam keselamatan kerajaanmu."
Ratu
Balqis menjawab: "Aku memperoleh kesan dari uraianmu bahwa kamu
mengutamakan cara kekerasan dan kalau perlu kamu tidak akan gentar
masuk medan perang melawan musuh yang akan menyerbu. Aku sangat
berterima kasih atas kesetiaanmu kepada kerajaan dan kesediaanmu
menyabung nyawa untuk menjaga keselamatanku dan keselamatan kerajaanku.
Akan tetapi aku tidak sependirian dengan kamu sekalian. Menurut
pertimbanganku, lebih bijaksana bila kami menempuh jalan damai dan
menghindari cara kekerasan dan peperangan. Sebab bila kami menentang
secara kekerasan dan sampai terjadi perang dan musuh kami berhasil
menyerbu masuk kota-kota kami, maka nescaya akan berakibat kerusakan dan
kehancuran yang sgt menyedihkan. Mereka akan menghancur binasakan
segala bangunan, memperhambakan rakyat dan merampas segala harta milik
dan peninggalan nenek moyang kami. Hal yang demikian itu adalah
merupakan akibat yang wajar dari tiap peperangan yang dialami oleh
sejarah manusia dari masa ke semasa. Maka menghadapi surat Sulaiman
yang mengandung ancaman itu, aku akan cuba melunakkan hatinya dengan
mengirimkan sebuah hadiah kerajaan yang akan terdiri dari barang-barang
yang berharga dan bermutu tinggi yang dapat mempesonakan hatinya dan
menyilaukan matanya dan aku akan melihat bagaimana ia memberi tanggapan
dan reaksi terhadap hadiahku itu dan bagaimana ia menerima utusanku di
istananya.
Selagi Ratu Balgis siap-siap mengatur hadiah kerajaan
yang akan dikirim kepada Sulaiman dan memilih orang-orang yang akan
menjadi utusan kerajaan membawa hadiah, tibalah hinggap di depan Nabi
Sulaiman burung pengintai Hud-hud memberitakan kepadanya rancangan
Balqis untuk mengirim utusan membawa hadiah baginya sebagai jawaban
atas surat beliau kepadanya.
Setelah mendengar berita yang dibawa
oleh Hud-hud itu, Nabi Sulaiman mengatur rencana penerimaan utusan Ratu
Balqis dan memerintahkan kepada pasukan Jinnya agar menyediakan dan
membangunkan sebuah bangunan yang megah yang tiada taranya ya akan
menyilaukan mata perutusan Balqis bila mereka tiba.
Tatkala
perutusan Ratu Balqis datang, diterimalah mereka dengan ramah tamah
oleh Sulaiman dan setelah mendengar uraian mereka tentang maksud dan
tujuan kedatangan mereka dengan hadiah kerajaan yang dibawanya,
berkatalah Nabi Sulaiman: "Kembalilah kamu dengan hadiah-hadiah ini
kepada ratumu. Katakanlah kepadanya bahawa Allah telah memberiku rezeki
dan kekayaan yang melimpah ruah dan mengurniaiku dengan kurnia dan
nikmat yang tidak diberikannya kepada seseorang drp makhluk-Nya. Di
samping itu aku telah diutuskan sebagai nabi dan rasul-Nya dan
dianugerahi kerajaan yang luas yang kekuasaanku tidak sahaja berlaku
atas manusia tetapi mencakup juga jenis makhluk Jin dan
binatang-binatang. Maka bagaimana aku akan dapat dibujuk dengan harta
benda dan hadiah serupa ini? Aku tidak dapat dilalaikan dari kewajiban
dakwah kenabianku oleh harta benda dan emas walaupun sepenuh bumi ini.
Kamu telah disilaukan oleh benda dan kemegahan duniawi, sehingga kamu
memandang besar hadiah yang kamu bawakan ini dan mengira bahawa akan
tersilaulah mata kami dengan hadiah Ratumu. Pulanglah kamu kembali dan
sampaikanlah kepadanya bahawa kami akan mengirimkan bala tentera yang
sangat kuat yang tidak akan terkalahkan ke negeri Saba dan akan
mengeluarkan ratumu dan pengikut-pengikutnya dari negerinya sebagai-
orang-orang yang hina-dina yang kehilangan kerajaan dan kebesarannya,
jika ia tidak segera memenuhi tuntutanku dan datang berserah diri
kepadaku."
Perutusan Balqis kembali melaporkan kepada Ratunya apa
yang mereka alami dan apa yang telah diucapkan oleh Nabi Sulaiman.
Balqis berfikir, jalan yang terbaik untuk menyelamatkan diri dan
kerajaannya ialah menyerah saja kepada tuntutan Sulaiman dan datang
menghadap dia di istananya.
Nabi Sulaiman berhasrat akan menunjukkan
kepada Ratu Balqis bahawa ia memiliki kekuasaan ghaib di samping
kekuasaan lahirnya dan bahwa apa yang dia telah ancamkan melalui
rombongan perutusan bukanlah ancaman yang kosong. Maka bertanyalah
beliau kepada pasukan Jinnya, siapakah diantara mereka yang sanggup
mendatangkan tahta Ratu Balqis sebelum orangnya datang berserah diri.
Berkata
Ifrit, seorang Jin yang tercerdik: "Aku sanggup membawa tahta itu dari
istana Ratu Balqis sebelum engkau sempat berdiri dari tempat dudukimu.
Aku adalah pesuruhmu yang kuat dan dapat dipercayai.
Seorang lain
yang mempunyai ilmu dan hikmah nyeletuk berkata: "Aku akan membawa
tahta itu ke sini sebelum engkau sempat memejamkan matamu."
Ketika
Nabi Sulaiman melihat tahta Balqis sudah berada didepannya, berkatalah
ia: Ini adalah salah satu kurnia Tuhan kepadaku untuk mencuba apakah
aku bersyukur atas kurnia-Nya itu atau mengingkari-Nya, kerana barang
siapa bersyukur maka itu adalah semata-mata untuk kebaikan dirinya
sendiri dan barangsiapa mengingkari nikmat dan kurnia Allah, ia akan
rugi di dunia dan di akhirat dan sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Mulia."
Menyonsong kedatangan Ratu Balqis, Nabi Sulaiman
memerintahkan orang-orangnya agar mengubah sedikit bentuk dan warna
tahta Ratu itu yang sudah berada di depannya kemudian setelah Ratu itu
tiba berserta pengiring-pengiringnya, bertanyalah Nabi Sulaiman seraya
menundingkan kepada tahtanya: "Serupa inikah tahtamu?" Balqis menjawab:
"Seakan-akan ini adalah tahtaku sendiri," seraya bertanya-tanya dalam
hatinya, bagaimana mungkin bahawa tahtanya berada di sini padahal ia
yakin bahawa tahta itu berada di istana tatkala ia bertolak
meninggalkan Saba.
Selagi Balgis berada dalam keadaan kacau
fikiran, kehairanan melihat tahta kerajaannya sudah berpindah ke istana
Sulaiman, ia dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan yang sengaja
dibangun untuk penerimaannya. Lantai dan dinding-dindingnya terbuat dari
kaca putih. Balqis segera menyingkapkan pakaiannya ke atas betisnya
ketika berada dalam ruangan itu, mengira bahawa ia berada di atas
sebuah kolam air yang dapat membasahi tubuh dan pakaiannya.
Berkata
Nabi Sulaiman kepadanya: "Engkau tidak usah menyingkap pakaianmu.
Engkau tidak berada di atas kolam air. Apa yang engkau lihat itu adalah
kaca-kaca putih yang menjadi lantai dan dinding ruangan ini."
"Oh,Tuhanku,"
Balqis berkata menyedari kelemahan dirinya terhadap kebesaran dan
kekuasaan Tuhan yang dipertunjukkan oleh Nabi Sulaiman, "aku telah lama
tersesat berpaling daripada-Mu, melalaikan nikmat dan kurnia-Mu,
merugikan dan menzalimi diriku sendiri sehingga terjatuh dari cahaya dan
rahmat-Mu. Ampunilah aku. Aku berserah diri kepada Sulaiman Nabi-Mu
dengan ikhlas dan keyakinan penuh. Kasihanilah diriku wahai Tuhan Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang."
Demikianlah kisah Nabi
Sulaiman dan Balqis Ratu Saba. Dan menurut sementara ahli tafsir dan
ahli sejarah nabi-nabi, bahawa Nabi Sulaiman pada akhirnya kahwin
dengan Balqis dan dari perkahwinannya itu lahirlah seorang putera.
Menurut
pengakuan maharaja Ethiopia Abessinia, mereka adalah keturunan Nabi
Sulaiman dari putera hasil perkahwinannya dengan Balqis itu. Wallahu
alam bisshawab.
Wafatnya Nabi Sulaiman
Al-Quran
mengisahkan bahawa tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kematian
Sulaiman kecuali anai-anai yang memakan tongkatnya yang ia sandar
kepadanya ketika Tuhan mengambil rohnya. Para Jin yang sedang
mengerjakan bangunan atas perintahnya tidak mengetahui bahawa Nabi
Sulaiman telah mati kecuali setelah mereka melihat Nabi Sulaiman
tersungkur jatuh di atas lantai, akibat jatuhnya tongkat sandarannya
yang dimakan oleh anai-anai. Sekiranya para Jin sudah mengetahui
sebelumnya, pasti mereka tidak akan tetap meneruskan pekerjaan yang
mereka anggap sebagai seksaan yang menghinakan.
Berbagai cerita
yang dikaitkan orang pada ayat yang mengisahkan matinya Nabi Sulaiman,
namun kerana cerita-cerita itu tidak ditunjang dikuatkan oleh sebuah
hadis sahih yang muktamad, maka sebaiknya kami berpegang saja dengan
apa yang dikisahkan oleh Al-Quran dan selanjutnya Allahlah yang lebih
Mengetahui dan kepada-Nya kami berserah diri.
Kisah Nabi Sulaiman dapat dibaca di dalam Al-Quran, surah An-Naml ayat 15 sehingga ayat 44