BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di
Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu
terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan.
Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan.
Sejalan dengan kemajuan
tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan
perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena
terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru
selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat
belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa
pembaharuan dalam sistem pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang
ada. Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam
pendidiakan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa
Indonesia yang sedang membangun.
Pada hakekatnya
kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal
balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu
komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat
penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu
guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur
sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan
bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat
membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik
sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan
merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Guru mengemban tugas
yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan
terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan
memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan
rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu
mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).
Berhasilnya tujuan
pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru
dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung
dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan
siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan
secara maksirnal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki
cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat
dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan
suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah
satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi
pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran
IPA. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif
dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai
dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan
motivasi.
Tanpa adanya minat
menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru
harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu
siswa dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata
pelajaran IPA yang diharapkan oleh guru adalah 90,00.
Berdasarkan pengalaman penulis di
lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang
tidak memiliki dorongan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA
sangat rendah yaitu mencapai 50,00. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses
belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan alat
peraga, dan materi pelajaran tidak disampaikan secara kronologis. Untuk itu
dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan
motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat
langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai
pembimbing untuk menemukan konsep IPA.
Motivasi tidak hanya
menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga penting dalam
menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran
atau seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang
termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang
lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan
mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah
merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001 : 3).
Untuk itu sebagai
seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan
melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan siswa, sehingga
menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian
tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran,
yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk mengungkapkan apakah
dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan motivasi belajar dan
prestasi belajar IPA.
Penulis memilih metode pembelajaan ini
mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu
yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran
penemuan (discovery) siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan
sedangkan guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara
memecahkan masalah itu.
Dari latar belakang tersebut di atas
maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul " Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA Dengan Metode
Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas V di SDN 1
Bumireja Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap."
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang akan ditemukan
dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Kenyataan menunjukkan bahwa aktifitas belajar siswa masih kurang termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran.
2. Masih rendahnya prestasi belajar siswa pada bidang studi IPA.
3. Banyak guru cenderung menggunakan metode konvensional dalam menyampaikan pelajaran IPA.
4. Guru kurang bisa mengembangkan metode pembelajaran discovery.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: Masalah
peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa.
1. Penelitian
tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas V SD.
2. Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 1 Bumireja Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap.
3. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada
kompetensi dasar menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda,
baik sementara maupun tetap.
D. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Penerapan
pembelajaran discovery dapat meningkatkan motivasi belajar matapelajaran IPA
pada siswa kelas V di 1
Bumireja Kecamatan Kedungreja Kabupaten
Cilacap.
2. Penerapan
pembelajaran discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran
IPA pada siswa kelas V di SDN 1
Bumireja Kecamatan Kedungreja Kabupaten
Cilacap.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
pengaruh metode pembelajaran discovery terhadapmotivasi belajar siswa mata
pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN 1 Bumireja Kecamatan Kedungreja
Kabupaten Cilacap?
2. Bagaimanakah
peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran discovery
mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN 1 Bumireja Kecamatan
Kedungreja Kabupaten Cilacap?
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah
diterapkan pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di
SDN 1 Bumireja Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap.
2. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkannya pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di
SDN 1 Bumireja Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap.
G. Manfaat Penelitian
Penulis mergharapkan dengan hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
Guru SDN 1 Bumireja Kecamatan Kedungreja
Kabupaten Cilacap. Memberikan
informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi IPA. Siswa
: Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran-pelajaran IPA.Sekolah
: Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan di
sekolah tersebut.Bagi Peneliti : Bermanfaat sebagai sumber informasi (
referensi) yang dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu dan
penelitian lanjutan tentang pendekatan discovery pada mata pelajaran IPA.
BAB II
STUDI
KEPUSTAKAAN
A. Kajian
Teori
1.
Motivasi
Motivasi dipandang sebagai
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk
perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu
belajar (Koeswara, 1989 ; Siagia, 1989 ; Sehein, 1991 ; Biggs dan Tefler, 1987
dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006)
Pengertian motivasi
telah banyak dikemukakan oleh beberapa penulis sesuai dengan tinjauan atau
sudut pandang serta tujuan masing-masing. Menurut Mangkunegara (2005:P.61)
“motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri siswa yang
terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan yang diinginkan”. Sedangkan Amstrong
(1994:P.68) mengatakan bahwa “motivasi adalah sesuatu yang membuat orang
bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu”. Dengan kata lain motivasi
adalah sesuatu yang menggerakkan orang.
Gibson (1995:P.185)
motivasi merupakan kekuatan yang mendorong siswa menimbulkan dan mengarahkan
perilaku. Sedang menurut pendapat Hamalik (1993;P.72) “motivasi adalah suatu
perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”.
Hasibuan (2005:P.95),
mengartikan “motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja siswa agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan”.
Berdasarkan pengertian
dari para ahli di atas maka disimpulkan bahwa motivasi sebagai energi untuk
membangkitkan dorongan dari dalam diri siswa yang berpengaruh, membangkitkan,
mengarahkan dan memelihara perilaku berdasarkan lingkungan. Jadi motivasi
adalah dorongan dari diri siswa untuk mencapai rasa puas, kemudian
diimplimentasikan kepada orang lain.
a.
Macam -
Macam Motivasi
Menurut jenisnya
motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Motivasi Intrinsik
Jenis
motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya
ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang
demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000:
29).
Sedangkan menurut
Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam
Erriniati, 1994: ]05) ada beberapa strategi dalam mengaiar untuk membangun
motivasi intrins.k. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
Mengaitkan tujuan
belajar dengan tujuan siswa.
a) Memberikan
kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang
pokok.
b)
Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan
memanfaatkan surnber belajar di sekolah.
c)
Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
d)
Meminta siswa untuk menjeiaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari
dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang
yang merniliki motivasi intrinsik dalam darinya maka secara sadar akan
melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar
dirinya.
2)
Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini
timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan,
suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian
akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar
karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya
(Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut
Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi
intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara
membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik antata
lain:
a) Kompetisi
(persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang
telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
b) Pace Making
(membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru,
hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TPK yang akan dicapai
sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TPK tersebut.
c) Tujuan yang jelas:
Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar
ni]ai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi
dalam melakuakan sesuatu perbuatan.
d) Kesempurnaan untuk
sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan
terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya.
Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk
meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
e) Minat yang besar:
Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
f) Mengadakan
penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan
memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bawa banyak siswa
yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan
bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan
menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu
merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas
diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar
individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya
persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
2. Prestasi Belajar
Istilah hasil belajar
berasal dari bahasa Belanda “prestatie,” dalam bahasa Indonesia menjadi
prestasi yang berarti hasil usaha. Dalam literature, prestasi selalu
dihubungkan dengan aktivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh Robert M. Gagne
(1988 : 65) bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang
dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang.
Menurut Poerwanto
(2007) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “ hasil yang dicapai oleh
seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”
Selanjutnya Winkel (1997) mengatakan bahwa “ prestasi belajar adalah suatu
bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan
kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya”.
Berdasarkan pengertian
diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat
kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai
informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi
belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari
materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang
studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat
diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan
tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Sehubungan menurut
Gagne (dalam syaiful, 2009 : 17 )
Mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan
yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar terus
menerus, bukan hanya di sebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu
sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu setelah ia mengalami situasi tadi.
Gagne berkeyakinan, bahwa belajar di pengaruhi oleh faktor dari diri dan faktor
luar diri dimana keduanya saling berinteraksi.
Berdasarkan pendapat di
atas dapat disimpulkan, bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku setelah
mengalami suatu proses dimana perubahan ini akan mempengaruhi, tingkah laku
pada diri siswa yang disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,
keterampilan atau sikapnya. Setelah belajar siswa akan mendapatkan hasil
belajar sesuai dengan kemampuan yang di milikinya.
3. IPA
Sejalan dengan prestasi
belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang
dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang
dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor
(keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA.
Menurut Kuslan
Stone bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan
dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak
dapat dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably Joint”
(Agus. S. 2003: 11)
Sains sebagai proses
merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan
penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam.
Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang
eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini
tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya
gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
IPA sendiri berasal
dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan
“pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada
henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur,
sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”.
IPA merupakan konsep
pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan
kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan
juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan
minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum
terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat
dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting.
Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia
pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.
4. Metode Pembelajaran Penemuan
(Discovery).
Menurut Siadari, 2001:
4). Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa lebih aktif dalam
memecahkan untuk menemukan sedangkan guru berperan sebagai pembimbing atau
memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Teknik penemuan adalah
terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana
siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan
dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti,
menggolong-golongkan, manbuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan
dan sebainya. Suatu konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya,
sedang yang dimaksud dengan prisnsip antara lain ialah: logam apabila
dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan
sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya
membimbing dan memberikan instruksi.
Dr. J. Richard dan
asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri) itu, sehingga situasi
belajar mengajar berpindah dari situasi teacher learning menjadi situasi
student dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu
cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar
anak dapat belajar sendiri.
5. Kelebihan Metode Discovery
Penggunaan teknik
discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
a. Teknik ini mampu
membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapa n, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan
siswa.
b. Siswa memperoleh
pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat
kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat membangkitkan
kegairahan belajar mengajar para siswa.
c. Teknik ini mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai
dengankernampuannya masing-masing.
d. Mampu mengarahkan
cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar
lebih giat.
e. Membantu siswa
untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
penemuan sendiri.
Metode Discovery menurut Rohani
(2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik
sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan
dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka
miliki.
Proses pembelajaran
harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang
peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas
pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau
pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih
banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah
atas bimbingan guru.
Ada lima tahap yang
harus ditempuh dalam metode discovery menurut Rohani(2004:39) yaitu: (a)
Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Penetapan jawaban
sementara atau pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik mencari informasi , data,
fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji
hipotesis, (d) Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi
kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.
Metode discovery
menurut Mulyasa (2005:110) merupakan metode yang lebih menekankan pada
pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan
proses dari pada hasil belajar.
6. Cara Mengajar Dengan Metode Discovery
Menurut Mulyasa (2005:110) menempuh langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Adanya masalah yang
akan dipecahkan.
b. Sesuai dengan
tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
c. Konsep atau prinsip
yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu
dikemukakan dan ditulis secara jelas.
d. Harus tersedia alat
dan bahan yang diperlukan.
e. Sususnan kelas
diatur sedemian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta
didik dalam kegiatan belajar mengajar.
f. Guru harus
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data.
g. Guru harus
memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta informasi yang diperlukan
peserta didik.
B. Kerangka Konseptual
a. Hubungan Motivasi
dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery)
Motivasi adalah suatu
kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses
kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu
akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Nur, 2001: 3).
Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan
melibatkan seluruh pctensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan
kegiatan belajar.
Sedangkan metode
pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode pembelajaran yarg
memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara aktif di dalam
mencapai tujuan pembelajaran dengan menberikan informasi singkat (Siadari,
2001: 7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan (discovery) akan
bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan meningkatkan siswa
dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum belajar penemuan (discovery)
ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa
pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan membangkitkan
keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan jawaban
(Syafi'udin, 2002: 19).
Dari uraian tersebut di
atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam pembelajaran model
penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal.
Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu.
Dengan motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tinggi
pula. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa.
Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. Penelitian yang Relevan
Pada penelitian ini
peneliti mengangkat judul “Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA
Dengan Metode Pembelajaran Discovery pada siswa kelas V SDN 1 Bumireja Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap.
Penelitian ini pernah dilakukan oleh
Muhammad G ina (2007)
dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Discovery-Inguiry untuk Meningkatkan Kecakapan Berfikir Rasional” menyimpulkan
bahwa model pembelajaran discovery-inguiry dapat meningkatkan kecakapan
berfikir rasional siswa. Penelitian ini berhasil dilaksanakan oleh Muhammad
Gina, maka peneliti pun tertarik meneliti penelitian ini.