Option:
PENDIDIKAN MATEMATIKA INDONESIA
A. Pendahuluan
Pendidikan Matematika berkembang
sesuai waktu dan tuntutan zaman.IPTEK yang berperan mempengaruhi perkembangan
pendidikan matematika kita.Sehingga perubahan-perubahan tersebut berdampak pada
perubahan pandangan kita pada hakekat matematika dan pembelajarannya.Perubahan
di atas berdampak pada perubahan substansi kurikulum Indonesia. Perubahan
pandangan kita terhadap matematika tidak terlepas dari teori belajar yang
mendukungnya.Pembelajaran secara perlahan mengalami perubahan dalam tujuan
peningkatan prestasi siswa yang masih mengalami keterpurukan jika dibanding
dengan bangsa lain. Beberapa pendekatan pembelajaran yang mempengaruhi
peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan matematika Indonesia adalah pendekatan
Realistic Mathematics Education,Pendekatan Open Ended,Pendekatan Kontekstual
dan saat ini kita sedang mengembangkan Lesson Study.
B. Perkembangan
Pembelajaran Matematika Indonesia dengan Teori Belajar Pendukungnya
Perjalanan pembelajaran matematika Indonesia tidak
terlepas dari teori-teori belajar yang telah bervariasi di buat oleh ahli-ahli
belajar.Bagaimana mereka menciptakan pembelajaran yang efektif demi tercapainya
prestasi yang baik.Semakin banyaknya teori belajar ternyata banyak persamaan yang
intinnya adalah menciptakan pembelajaran yang efektif dikelas. Bell (1978,h.97)
mengemukakan bahwa tiap teori dapat dipandang sebagai suatu metoda untuk
mengorganisasi serta mempelajari berbagai variabel yang berkaitan dengan
belajar dan perkembangan intelektual, dan dengan demikian gur dapat memilih
serta menerapkan elemen-elemen teori tertentu dalam pelaksanaan pengajaran di
kelas. Gagasan tentang belajar bermakna yang dikemukakan oleh William Brownell
pada awal pertengahan abad 20 merupakan ide dasar teori konstruktivisme.
Menurut Brownell, matematika dapat dipandang suatu sistem yang terdiri atas
ide, prinsip dan proses sehingga keterkaitan antar aspek-aspek tersebut harus
dibangun dengan penekanan bukan pada memori atau hapalan melainkan pada aspek
penalaran atau intelegensi anak. Reys mengemukakan bahwa matematika haruslah
make sense. Jika matematika disajikan kepada anak dengan cara yang demikian,
maka konsep yang dipelajari menjadi punya arti, dipahami sebagi suatu disiplin,
terstruktur dan memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya.
Dalam NCTM Standar (1989) belajar bermakna merupakan
landasan utama untuk terbentuknya matematika connection.Pembelajaran matematika
haruslah di arahkan 1. menggunakan koneksi matematika antar ide matematik 2.
memahami keterkaitan materi yang satu dengan yang lain sehingga terbangun
pemahaman yang menyeluruh dan 3. memperhatikan serta menggunakan matematika
dalam konteks di luar maatematika. Piaget berpendapat bahwa matematika tidak
diterima secara pasif matematika dibentuk dan ditemukan oleh anak secara
aktif.Sebaiknya matematika dikonstruksi oleh anak bukan diterima dalam bentuk
jadi. Dienes mempunyai pendapat anak mengkontruksi pengetahuan baru matematika
melalui refleksi terhadap aksi-aksi baik yang dilakukan bersifat fisik maupun
mental.Mereka melakukan observasi untuk menemukan keterkaitan dan pola serta
membentuk generalisasi dan abstraksi. Brunner berpandangan bahwa belajar
merefleksikansesuatu proses sosial yang didalamnya anak terlibat dalam dialog
dan diskusi baik dengan diri mereka sendiri maupun orang lain termasuk guru
sehingga mereka berkembang secara intelektual. Pendapat dari ketiga ahli
tersebut memberi indikasi bahwa konstruksivisme merupakan suatu proses yang
memerlukan waktu serta merefleksikan sejumlah tahapan perkembangan dalam
memahami konsep-konsep matematika. Vygotsky (dalam John dan Thorton, 1993),
proses peningkatan pemahaman pada diri siswa terjadi sebagai akibat adanya
pembelajaran. Diskusi yang dilakukan antara guru dan siswa dalam pembelajaran,
mengilustrasikan bahwa interaksi sosial yang berupa diskusi ternyata mampu
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengoptimalkan proses belajarnya.
Interkasi seperti itu memungkinkan guru dan siswa untuk berbagi dan
memodifikasi cara berfikir masing-masing. Selain itu terdapat juga kemungkinan
bagi sebagian siswa untuk menampilkan argumentasi mereka sendiri serta bagi
siswa lainnya memperoleh kesempatan untuk mencoba menangkap pola fikir siswa
lainnya. Rangkaian di atas diyakini akan membimbing siswa untuk berpikir menuju
ke tahapan yang lebih tinggi. Proses ini menurut Vygotsky disebut zone of
proximal development (ZPD). Menurut Vygotsky belajar dapat membangkitkan
berbagai proses mental tersimpan yang hanya bisa dioperasikan manakala orang
berinteraksi dengan orang dewasa atau berkolaboras sesama teman.Pengembangan
kemampuan yang diperoleh melalui proses belajar sendiri pada saat melakukan
pemecahan disebut actual development, sedangkan perkembangan yang terjadi
sebagai akibat adanya interaksi dengan guru atau siswa lain yang mempunyai
kesempatan lebih tinggi disebut potential development.
Selanjutnya dalam matematika kita kenal adanya
perkembangan intelektual atau kognitif yang diprakarsai oleh Piaget, Brunner
dan Dienes.Menurut Piaget perkembangan kognitif mencakup sensori motor,
preoperasi,operasi konkrit,dan operasi formal.Piaget( dalam Bell, 1978) juga
menyatakan bahwa perkembangan intelektual anak merupakan suatu proses asimilasi
dan akomodasi informasi ke dalam struktur mental. Asimilasi adalah suatu proses
dimana informasi atau pengalaman yang diperoleh seseorang ke dalam struktur
mentalnya.Sedangkan akomodasi adalah terjadinya restrukturisasi dalam otak
sebagi akibat adanya informasi atau pengalaman baru.Piaget selanjutnya
menjelaskan bahwa perkembangan mental seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yakni kematangan, pengalaman fisik, pengalaman matematis-logis,
transmisi sosial (interaksi sosial) dan keseimbangan. Brunner mengemukakan
bahwa perkembangan intelektual anak itu mencakup tahapan enaktif, ikonik dan
simbolik.Pada tahapan enaktif, anak biasanya sudah bisa melakukan manipulasi,
konstruksi, serta penyusunan dengan memanfaatkan benda-benda konkrit.Pada tahap
ikonik anak sudah mampu berfikir representatif yakni dengan menggunakan gambar
atau turus.Pada tahap simbolik anak sudah mampu memiliki kemampuan untuk
berfikir atau melakukan dengan simbol-simbol. Dienes berpendapat bahwa belajar
matematika mencakup bermain bebas, generalisasi, representasi,simbolisasi,dan
formalisasi. Pada tahap bermain bebas anak biasanya berinteraksi langsung
dengan benda-benda konkrit sebagai bagian aktivitas belajarnya.Pada
generalisasi anak sudah mampu mengobservasi pola,sifat dan keteraturan yang
dimiliki bersama.Pada tahap representsi anak sudah memiliki kemampuan pola
berpikir untuk merepresentasikan obyek-obyek tertentu dalam bentuk gambar atau
turus.Tahap simbolisasi anak sudah mampu menggunakan simbol-simbol matematika
dalam proses matematikanya.Sedangkan tahap formalisasi anak sudah mampu memandang
bahwa matematika sebagai suatu sistem yang terstruktur.
Anda sedang membaca artikel tentang PENDIDIKAN MATEMATIKA INDONESIA dan anda bisa menemukan artikel PENDIDIKAN MATEMATIKA INDONESIA ini dengan url http://infokotagarut.blogspot.com/2014/10/pendidikan-matematika-indonesia.html. Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel PENDIDIKAN MATEMATIKA INDONESIA ini jika memang bermanfaat bagi anda atau teman-teman anda,namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya.