BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari banyak dijumpai koloid baik dalam bentuk produk-produk
maupun dalam keadaan terlihat yang biasa dijumpai. Seperti produk sabun, dan
produk aerosol atau yang sering kali kita lihat seperi udara yang berdebu,
kabut, dan lain sebagainya.
Pada
dasarnya setiap konsep dan penerapan serta perlakuan melalui praktek kimia
membutuhkan larutan dan campuran. Di sini akan di bahas mengenai campuran yang
secara khusus yakni campuran koloid. Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran
yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi ( larutan kasar). Sistem
koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dengan sifat larutan dan
suspensi. Keadaan bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat,
cair, maupun gas, dan dapat di buat dalam keadaan koloid.
Melalui
penjelasan di atas menyampaikan bahwa betapa pentingnya memepelajari
koloid, baik dalam sifat-sifat koloid serta mengetahui cara pembuatan-pembuatan
koloid. misalnya saja dalam industri cat, keramik, plastik, lem, tinta,
mentega, keju, pelumas, sabun, detergen, gel,dan sejumlah besar produk lainnya.
Maka dari pada itu, inilah yang mendasari mengapa perlu mempelajari sistem
koloid. dan memang untuk mempelajari cukup mudah namun, dibutuhkan ketelitian
untuk mencapai hasil yang baik dan dibutuhkan kinerja yang baik pula.
Oleh
karena itu sangat penting dilakukannya praktikum mengenai sistem koloid ini
mengingat begitu banyak kegunaannya serta begitu erat dengan hidup dan kehidupan
sehari-hari dan amat berguna terutama dalam pengaplikasilainnya. Dalam
mempelajari dan melakukan percobaan ini, diharapkan praktikan dapat
memahami arti penting dari kegunaan koloid yang amat sering dijumpai terutama
dalam bentuk produk-produk industri yang telah ada.
1.2 Rumusan Masalah
- Mengetahui beberapa sifat koloid
- Mengetahui aplikasi dari sifat-sifat koloid dalam kehidupan
sehari-hari
- Mengetahui fungsi norit pada percobaan adsorbsi
TINJAUAN
PUSTAKA
Pada
tahun 1861, Thomas Graham, seorang ahli kimia bangsa inggris menguji
perbedaan kemampuan perbedaan aliran zat terlarut dengan menggunakan perkamen,
air, kristal gula, lem pelekat, dan tepung kanji. Mula-mula gula , lem perekat,
dan kanji masing- masing dilarutkan kedalam air kemudian larutannya dimasukan
ke dalam kantung perkamen, setelah ditutup rapat direndam dalam air.
Ternyata
molekul gula memeiliki kemampuan untuk merembes keluar menembus pori-pori
perkamen sehingga keluar dari kantong. Zat lain yang di cobakan oleh T. Graham
adalah zat perekat dengan percobaan yang sama. Ternyata zat perekat tersebut
sifatnya sama dengan sifat kanji. Yaitu tidak mampu menembus membrane perkamen.
Berdasarkan hasil percobaan
tersebut, Graham memberikan gagsan seperti berikut:
a. Molekul gula dapat lolos dari membrane perkamen, sedangkan
kanji dan perekat tidak. Hal ini dimungkinkan karena ada perbedaan diameter
molekul antara molekul kanji dengan molekul gula.
b. Larutan gula yang berasal dari dari kristal gula dan
semacamnya disebut larutan yang berfungsi cepat atau kristaloid. Sedangkan zat
perekat, kanji, dan susu, atau semacamnya yang bersifat lekat dan kental
disebut disebut koloid.
Pada
perkembangan selanjutnya, penggolongan zat menjadi koloid dan kristoloid tidak
dapat dipertahankan karena banyak koloid dapat di kristalkan dan kristaloid
dapat di buat menjadi kolid.
Pada
tahun 1907 Ostwald mengemukakan istilah sistem terdispersi dan medium
pendispersinya. Sistem koloid terdiri dari fase terdispersi dengan dengan
ukuran tertentu dalam medium pendispersinya. Zat yang didispersikan di sebut
fase terdisfersi, sedangkan medium yang di gunakan untuk mendispersikan di
sebut medium pendispersi. Analogi dalam latutan , fase terdispersi adalah zat
medium terlarut sedangkan medium pendispersi adalah zat terlarut. Pada
contoh campuran susu dan air, fase terdisfersi adalah adalah partikel susu dan
medium pendispersi adalah air.
Seorang
kimiawan jerman bernama Richard Zigmondy, pada tahun 1912 mendesain mikroskop
ultra untuk mengamati partikel-partikel terlarut termasuk partikel koloid.
Ternyata partikel koloid mempunyai diameter 10 -7 – 10-5. mengapa harus
menggunakan mikroskop ultra? Karena hanya partikel yang ukuran diameternya
lebih besar dari 10-5 cm dapat dilihat dengan mikroskop biasa.
BAB II
PEMBAHASAN
SIFAT - SIFAT KOLOID
Sifat-sifat koloid sangat berguna untuk dipahami dan ada kaitannya dalam
kehidupan sehari-hari. Sifat-sifat koloid, antara lain:
1)
Efek Tyndal
Suatu
sifat koloid sangat berguna untuk dipahami dan ada kaitannya dengan percobaan
tyndal. Bila suatu larutan (larutan sejati) disinari dengan seberkas sinar
tampak maka berkas sinar tadi akan diserap dan dipancarkan. Sedangkan
bila seberkas sinar dilewatkan pada sistem koloid maka sinar tersebut akan
dihamburkan oleh partikel koloid, sehingga sinar yang melalui sisitem koloid
akan teramati berupa jalur cahaya. Efek tyndal adalah sifat khas kolid yang
dapat menghamburkan berkas cahaya.
Dalam
kejadian sehari-hari, efek tyndal dapat dilihat dalam peristiwa berikut :
- cahaya matahari jelas sekali
berkasnya di sela-sela pohon yang sekitarnya berkabut. Jika berkas cahaya
matahario tampak jelas di sela-sela dinding dapur yang banyak asapnya .
- berkas cahaya proyektor tampak
jelas di gedung bioskop yang banyak asap rokoknya.
- Sorot cahaya mobil berkas
tampak jelas pada daerah yang berkabut.
2)
Gerak Brown
Partikel
koloid dapat bergerak lurus tetapi arahnya tidak menentu (gerak zigzag).
Karena
penemu gerakan partikel koloid seperti itu adalah Robert Brown maka gerak zig
zag partikel koloid disebut gerak brown. Gerak brown adalah gerak zig zag dari
partikel koloid yang hanya bisa diamati dengan mikroskop ultra. Gerak brown itu
disebabkan adanya tumbukan dari partikel medium terdispersi.
Bila
partikel dari sistem koloi dilihat dengan mikroskop akan tampak senantiasa
partikel-partikel koloid bergerak lurus, tetapi arahnya tidak menentu.
3)
Adsorbsi
Partikel
koloid dapat mengadsorbsi ion atau muatan listrik. Adsorbsi adalah proses
penyerapan di permukaan partikel koloid. Sifat adsorbsi partikel koloida
ini sangat penting karena berdasarkan sifat tersebut banyak manfaat yang dapat
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh:
a. Penjernihan air
Tawas adalah koloid yang biasa di
pakai untuk menjernihkan air. Apabila tawas dilarutkan ke
dalam air maka tawas tersebut akan
terhidrolisis menjadi Al(OH)3 yang berupa koloid. Koloid
tersebut dapat mengadsorbsi zat-zat warna dalam air,sehingga air tampak tidak
berwarna dan
jernih.
b. Penyembuhan sakit perut yang di sebabkan oleh bakteri
apabila dianjurkan minum oralit/norit. Oralit/norit dapat menyembuhkan sakit
perut karena dalam usus dapat membentuk sistem koloid yang mampu mengadsorbsi
bakteri,sehingga bakteri itu mati.
c. Pemutihan gula tebu
Gula tebu yang dijual di toko atau
di pasar ada yang berwarna coklat
kotor
dan ada yang berwarna putih bersih. Gula tebu yang berwarna putih bersih
berasal dari gula berwarna coklat kotor yang sudah diputihkan melalui sistem
koloid.
4) Elektroforesis
Elektroforesis
adalah suatu cara untuk menunjukkan bahwa gerakan partikel koloid dikarenakan
muatan arus listrik.
5) Koagulasi
Penggumpalan
partikel koloid disebut koagulasi. Dispersi koloid biasanya mengadsorbsi ion
yang sejenis. Oleh karena itu,diperlukan konsentrasi tertentu larutan
elektrolit untuk menstabilkan koloid. Bila larutan elektrolit tersebut
berlebihan maka elektrolit tersebut akan menggumpalkan koloid. Penggumpalan
partikel koloid dilakukan secara mekanis, fisis, dan kimia.
a. Mekanis : menggumpalkan koloid dengan
pemanasan, pengadukan dan pendinginan. Proses ini akan mengurangi jumlah air
atau ion di sekeliling koloid sehingga koloid akan mengendap misalnya :
1. bila larutan dari protein yang merupakan sistem koloid
dipanaskan maka protein akan menggumpal.
2. Koloid agar-agar dalam air akan menggumpal bila
dipanaskan.
b. Fisis : Contoh penggumpalan koloid cara fisis adalah
penggunaan alat Cottrell. Asap/ debu dari cerobong pabrik dapat digumpalkan
dengan alat listrik/cottrel. Alat biasanya dipakai pada cerobong asab di
industri-industri besar,untuk menggumpalkan asap atau debu sebagai partikel
koloid.Hal itu bertujuan untuk mengurangi pencemaran asap dan debu yang
berbahaya.
c. Kimia
: Cara ini
dilakukan dengan menambahkan zat elektrolit ke dalam koloid sehingga koloid
akan menggumpal.
Contohnya
:
1. Getah karet(lateks) akan menggumpal bila diberi asam semut
(formiat) atau diberi cuka.
2. Tawas yang mengandung elektrolit Al2(SO4)3 dapat
menggumpalkan partikel koloid dalam air. Hal ini digunakan juga pada proses
penjernihan air.
6.) Koloid Pelindung
Koloid
pelindung merupakan sifat koloid yang dapat melindungi koloid lain. Koloid
pelindung pada emulsi dinamakan emulgator. Ada beberapa koloid yang tidak
mengalami pemggumpalan,jika di tambahkan suatu koloid lain. Koloid yang dapat
memberikan kestabilan disebut koloid pelindung. Koloid pelindung membuntuk
lapisan di sekeliling partikel koloid,sehingga melindungi muatan partikel
koloid tersebut.
Contoh
:
a.) Tinta
tidak mengendap karena dicampur dengan koloid pelindung.
b.) Pada pembuatan es krim dicampur
dengan gelatin sebagai koloid pelindung,yang mencegah pengkristalan es.
7.)
Dialisis
Pemurnian
koloid disebut dialisis. Dialisis dilakukan dengan cara memasukkan koloid yang
akan di murnikan ke dalam kantung yang dibuat dari selaput semipermiabel.
Mengapa di buat dari selaput semipermiabel? Karena selaput semipermiabel dapat
melewatkan molekul-molekul air atau ion-ion, tetapi tidak dapat dilewati oleh
partikel-partikel koloid.
Prinsip
dialisis saat ini digunakan sebagai proses cuci darah bagi penderita gagal
ginjal,yang dikenal dengan blood dialysis. Ginjal yang berfungsi sebagai
selaput semipermiabel dapat melewatkan ion-ion atau molekul-molekul sederhana
yang mengotori darah,tetapi tidak dapat melewatkan butir-butir darah yang
bersifat koloid. Jika ginjal seseorang rusak maka fungsi ginjal diganti mesin
yang disebut dialisator.
PENUTUP
Kesimpulan
- Beberapa sifat koloid yang berkaitan dalam kehidupan sehari
– hari yaitu Efek Tyndal, Gerak Brown, Adsorbsi, Elektroforesis, Koagulasi,
koloid pelindung, serta dialisis.
- Ada 2 cara pembuatan partikel koloid, yakni :
- Fungsi Norit pada percobaan Adsorbsi yaitu sebagai adsorben,
yaitu penyerap warna pada permukaan larutan ( sirup ).
DAFTAR
PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar.
Jakarta: Erlangga
Kusnawati, Tine Maria, dkk. 2005.
Sains Kimia. Jakarta: Bumi Aksara
Oxtoby, David W. 2001.
Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga