Contoh Makalah Penanganan Anak Hiperaktif Pada Usia Dini SD Bab II
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Usia Dini
Siapa yang disebut anak usia dini ?
Ada beragam pendapat tentang hal ini. Batasan tentang anak usia dini antara
lain disampaikan oleh NAEYC (National Association for the Education of young Children) yang mengatakan
bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang
tercakup dalam program pendidikan, pra sekolah baik swasta maupun negeri ,TK,
dan SD
Karakteristik Anak Usia Dini ;
- Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Besar
- Merupakan Pribadi yang Unik
- Suka Berfantasi dan Imajinasi
- Masa paling Potensial untuk Belajar
- Menunjukan Sikap Egosentris
- Memiliki Rentang Daya Konsentrasi yang Pendek
- Sebagai bagian dari Makhluk social
B.
Pengertian Hiperaktivitas
Kata “hiperaktivitas” (hiperaktivity) digunakan untuk
menyatakan suatu pola prilaku pada seseorang yang menunjukan sikap tidak mau
diam, tidak menaruh perhatian dan implusif (semau
gue). Anak-anak yang hiperaktif selalu bergerak. Mereka tidak mau diam
bahkan dalam situasi-situasi, misalnya ketika sedang mengikuti pelajaran di
kelas yang menuntut agar mereka bersikap tenang. Mereka tidak pernah merasakan
asyiknya permaianan atau mainan yang
umumnya disukai anak-anak lain seusia mereka, sebentar-sebentar mereka tergerak
untuk beralih dari permainan atau mainan satu ke yang lain.
Anak
hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).
Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini
sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Gangguan hiperkinetik adalah
gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7
tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan
impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut
hingga dewasa dalam Irawati Ismail (2009).
Dr. Seto Mulyadi dalam Irawati Ismail (2009) dalam bukunya “Mengatasi Problem
Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah :
Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang
anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, Tidak bisa
berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Hiperaktivitas juga mengacu ke
tiadanya pengendalian diri, misalnya mengambil keputusan atau kesimpulan tanpa
memikirkan akibat-akibat yang mungkin timbul, dan sering menyebabkan pelakunya
terkena hukuman atau mengalami kecelakaan.
Hiperaktivitas tidak selalu harus
dinyatakan sebagai penyakit. Kendatipun demikan, hiperaktivitas juga bisa
merupakan gejala(symptom) yang
menunjukkan adanya sesuatu yang salah dalam perkembangan anak anda. Kalau anak
anda hampir sepanjang waktu tampak sangat hiperaktif, dalam situasi apapun yang
dihadapinya maka gejala ini perlu diselidiki. Perangai demikian mungkin tetap
ada untuk jangka waktu yang panjang dan cukup parah untuk mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain, kemampuan belajarnya, dan kebahagiaannya. Pola tingkah laku
ini kadang-kadang disebut “sindrom hiperkinetik”. Umumnya sindrom
hiperkinetik menyebabkan seorang anak
tidak bisa menjadi dewasa. Anak seperti ini tidak dapat mengembangkan
pengendalian dirinya dengan laju yang sama seperti pada anak-anak lain yang
seusia
C. Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain:
1. Faktor Genetik
Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan hiperaktif dibanding kembar dua telur.
2. Faktor Neurologik
Penelitian menunjukan, anak hiperaktif lebih banyak disebabkan karena gangguan fungsi otak akibat sulit saat kelahiran, penyakit berat, cidera
otak.
3. Faktor Lingkungan
Racun atau limbah pada lingkungan sekitar bisa menyebabkan hiperaktif terutama
keracunan timah hitam (banyak terdapat pada asap knalpot berwarna hitam
kendaraan bermotor yang menggunakan solar).
4. Faktor Kultural dan Psikososial
a. PemanjaanPemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu
manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu
dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
b. Kurang disiplin dan pengawasan.
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab
perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja untuk berbuat
sesuka hatinya dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya
ditempat lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan sulit untuk
mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah.
c. Orientasi kesenangan
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki
ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda
agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri.
Satu hal lain yang membantu berkembangnya
hiperaktivitas adalah penggunaan hukuman secara tidak bijaksana oleh orang tua.
D. Ciri-ciri Anak Hiperaktif
Ada tiga tanda utama anak yang
menderita ADHD menurut Irawati Ismail (2009), yaitu:
1.Tidak ada perhatian.
Ketidakmampuan memusatkan
perhatian atau ketidak mampuan untuk berkonsentrasi pada beberapa hal seperti
membaca, menyimak pelajaran, dan sering tidak mendengarkan perkataan oranglain.
2.Hiperaktif
Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak
mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit
tidur
3. Impulsif.
Sulit untuk menunggu giliran
dalam permainan, sulit mengatur pekerjaanya, bertindak tanpa dipikir, misalnya
mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di
ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih
dahulu akibatnya.
E. Pengaruh Hiperaktivitas Terhadap Perkembangan
Anak
Menurut Irawati Iskandar
(2009), pengaruh jangka panjang terhadap anak yang mengalami Gangguan Pemusatan
Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH/ADHD).
1. Anak tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik, sehingga akhirnya
mengalami kegagalan sekolah.
2. Anak sering tidak patuh terhadap perintah
orang tua.
3. Anak sulit didisiplinkan, sehingga akhirnya mempunyai hambatan fungsi sosial
dan pekerjaan.
Dalam upaya pencegahan, yang
penting bagi kita adalah :
1. Mencoba menganalisis masalah yang dihadapi.
2. Mencari jalan untuk
mencairkan suasana yang terlanjur tegang dan berusaha membina kembali hubungan
yang hangat dan positif, yanag selanjutnya akan digunakan sebagai landasan
untuk pelaksanaan sistem kontrol.
3. Menerima atau mencari
bantuan dari luar bila diperlukan.
F. Mengatasi
Hiperaktivitas
Orang tua dan anak-anak hiperaktifnya berkembang dengan baik sering kali
adalah orang tua yang berhasil mengatasi sendiri masalah mereka.
1. Mereka telah menemukan
cara-cara untuk mengidentifikasi dan merangsang pengendalian diri anak mereka.
2. Mereka memberlakukan
aturan-aturan yang jelas, dan mereka berusaha sebanyak mungkin meluangkan waktu
untuk kegiatan-kegiatan bersama anak mereka bahkan meskipun di antara mereka
juga sering terjadi pertentangan.
3. Mereka berusaha
mengendalikan diri mereka sendiri.
4. Sebagai suami istri, mereka
tetap berusaha agar pendekatan mereka sejalan.