Cara Pembibitan Ikan Lele
klan lele adalah
merupakan jenis ikan konsumsi yang banyak disukai orang di Indonesia. Pada
awalnya kebanyakan spesies lele ditangkap dari populasi liar di alam, tetapi
dalam kurun beberapa tahun belakangan Lele dumbo yang merupakan jenis lele
asing yang didtangkan dari Afrika telah menjadi populer sebagai ikan ternak.
Sejauh ini lele juga telah menjadi ikan budidaya air tawar
yang sangat populer. Produksi budidaya ikan lele semakin meningkat tajam setiap
tahun. Lele banyak disukai konsumen karena memiliki tekstur daging yang lunak,
sedikit tulang, tidak berduri, dan harganya juga cenderung murah.
Karena begitu besarnya permintaan pasar terhadap ikan lele untuk konsumsi,
sehingga permintaan akan bibit ikan lele juga semakin meningkat tajam. Hal ini
tentunya patut dilirik, sehingga mempelajari cara pembibitan ikan lele tentu
tidak akan ada ruginya.
Pada
kesempatan ini akan disajikan artikel pembibitan ikan lele yang tentunya bisa
juga Anda jadikan sebagai acuan untuk membuat makalah pembibitan ikan lele, atau
bisa juga langsung dipraktekkan menjadi salah satu bisnis alternatif, yaitu
melakukan pembibitan ikan lele dan kemudian menjual bibit yang kelak dihasilkan
kepada para peternak.
Artikel ini juga nantinya layak Anda jadikan sebagai pedoman untuk mengetahui
cara pembibitan ikan lele sangkuriang, tetapi lebih disarankan sebagai acuan
untuk cara mengetahui pembibitan ikan lele dumbo.
Intisari dari tulisan ini adalah menerangkan bagaimana cara pembibitan ikan
lele, mulai dari cara mempersiapkan kolam, pemilihan induk, cara pemijahan ikan
lele, hingga masa panen. Untuk mengetahui secara lengkap tentang bagaimana
langkah-langkah pembibitan ikan lele tersebut, maka secara lengkap akan dibahas
dibawah ini:
1. Kolam Perkawinan/Pemijahan
Kolam perkawinan/perkawinan yang akan dibahas disini adalah bak yang terbuat
dari semen dengan ukuran panjang 2 meter, leber 1 meter, kedalaman 0,4 meter.
Adapun pada bagian pinggiran atas atau bibir bak tersebut dibuat menjorok ke
dalam agar lele tidak mudah untuk lompak keluar. Sementara pada bagian dasar
bak, yaitu pada bagian tengah-tengah dibuat cekungan untuk mengumpulkan benih
apabila dipanen kelak. Dari cekungan yang dibuat tersebut dihubungkan keluar
dengan pipa PVC/paralon sebagai saluran penguras air.
2. Air
Air yang digunakan untuk mengisi bak pemijahan sebaiknya dipakai adalah air
yang bersumber dari sungai yang jernih dan tidak tercemar. Sementara bagi Anda
yang tinggal diperkotaan dan kesulitan mendapatkan air sungai yang jernih dan
tidak tercemar, maka sebelumnya air yang akan dipergunakan tersebut harus
diendapkan atau disaring terlebih dahulu.
3. Persiapan Kolam
Sebelum bak akan dipakai, maka sebelumnya bak tersebut harus dibersihkan
terlebih dahulu. Apabila bak semen masih baru dibuat dan masih bersifat terlalu
alkalis (pH tinggi), maka harus dinetralkan terlebih dahulu. Cara melakukan
penetralan dapat dilakukan dengan cara merendam bak dengan air biasa selama 2
minggu, kemudian dibersihkan dan dikeringkan selama 1 hari, sehingga kemudian
sudah dapat dipergunakan.
Setelah proses pembersiahan bak dilakukan, maka selanjutnya hal yang perlu
dilakukan adalah memasang kotak-kotak sebagai sarang tempat meletakkan telur.
Adapun kotak tersebut dimaksudkan sebagai sarang untuk lele dan terbuat dari
batako sebanyak 8-10 buah yang disusun membentuk kotak di tengah bak pemijahan
tersebut.
Ukuran kotak tersebut kira-kira 30 cm x 40 cm x 20 cm. Sementara pada bagian
depan dibuat menyempit membentuk lubang terbuka (pintu masuk) selebar 10 cm.
Karena batako juga bersifat alkalis, maka sebelum dipakai, juga terlebih dahulu
harus direndam dalam larutan/rendaman sabut kelapa agar pH menjadi netral.
Didalam sarang diberi juga alas ijuk sebagai tempat meletakkan telur dan
biasanya telur-telur setelah dibuahi akan menempel pada ijuk tersebut.
Untuk bagian atas kotak atau sarang tempat pemijahan tersebut diberi papan atau
genting atau batako, hal ini dimaksudkan agar didalam sarang itu gelap.
Setelah siap, bak diisi air setinggi 15 cm. Di sekitar sarang sebaiknya diberi
beberapa rumpun eceng gondok. Eceng gondok harus dicuci bersih lebih dahulu
supaya tidak mengotori bak dan tidak menularkan penyakit jika ada yang menempel
di antara akar-akarnya. Gunanya rumpun eceng gondok itu untuk memberikan
situasi di dalam bak seperti ingkungan alam asli.
Sebagian dari bak pemijahan terutama di atas kotak sarang diberi atap berupa
tutup sederhana dari plastik, supaya jika turun hujan tidak terlalu mengganggu
sarang itu.
4. Pasangan Induk
Induk untuk pemijahan ini hendaknya dipilih yang benar-benar telah matang telur
yang dikandungnya dan siap memijah. Untuk satu bak pemijahan yang ukurannya
memang kecil itu cukup satu pasang saja dengan berat indukan betina dan jantan
disamakan.
Indukan jantan dan betina yang telah dipilih hendaknya telah siap untuk
memijah. Dalam hal ini perlu keterampilan khusus dari seorang peternak untuk
mengetahui kondisi indukan yang memang benar-benar sudah siap untuk memijah
(kawin). Bila salah satu induk kurang siap untuk memijah, maka akan terjadi
kegagalan pemijahan.
5. Pemijahan
Memijah artinya perkawinan yang diikuti dengan tingkah laku lele betina
meletakkan telur dan dibuahi oleh yangjantan (fertilisasi). Sebaiknya induk
jantan dan betina yang sudah dipilih itu dimasukkan ke dalam bak pemijahan pada
pagi hari.
Maka seharian pasangan tersebut saling berkenalan serta mengadakan penyesuaian
terhadap lingkungan bak yang masih baru. Pasangan ikan itu segera mengenal
kamar yang disediakan bagi sarangnya, bahkan situasi bak yang baru diairi itu
memberikan pula rangsangan bagi ikan-ikan itu untuk memijah.
Pada hari itu makanan yang diberikan ialah cacing tanah atau cacing sutera,
tidak perlu banyak, asal cukup dimakan satu waktu saja selama 5 menit. Ikan
yang hendak memijah agaknya kurang nafsu makannya.
Pemijahan berlangsung pada sore atau malam harinya. Esoknya dapat terlihat
telur-telur tersebar di dalam sarang, ada yang menempel pada ijuk, tetapi
sebagian ada yang tercecer di depan sarang.
Telur yang dibuahi berwarna kuning cerah dan akan menetas setelah 1 - 2 hari.
Telur yang tidak terbuahi akan mati dan berwarna keruh, akhirnya ditumbuhi
jamur.
Sampai hari ketiga setelah menetas, benih lele belum makan, melainkan menyerap
kuning telur yang masih tersisa pada bagian perutnya. Jumlah telur yang
dihasilkan oleh induk leleber tung pada besarnya induk itu. Makin besar
badannya makin banyak telurnya. Rata-rata jumlah telur berkisar antara 1000
sampai 5000 butir. Apabila induknya sehat maka day a tetas telur cukup baik,
hampir semuanya dapat menetas.
Setelah pemijahan, selama beberapa hari kedua ekor induk menjaga sarangnya,
sampai burayak (anak-anak lele) itu cukup kuat untuk berenang-renang di luar
sarangnya. Setelah 7 hari biasanya induk lele tidak lagi menghiraukan anaknya.
Sebaiknya induk-induk dikeluarkan saja dari bak pemijahan itu, dipindahkan ke
dalam bak lain untuk dipelihara dengan baik agar dapat bertelur lagi setelah
pada saatnya tiba.
6. Pendederan
Burayak lele yang telah berumur 7 hari sebenarnya sudah dapat dipindahkan
ke kolam lain, tetapi boleh juga tidak dipindahkan. Pemeliharaan bisa
dilanjutkan di dalam bak pemijahan itu saja, setelah induk jantan dan
betina dipindahkan ke kolam lain. Pengipukan di dalam bak dapat
berlangsung selama 1 - 2 bulan, dengan diberi pakan buatan atau makanan yang terdiri
atas organisme-organisme hidup seperti cacing sutera (Tubifex), cuk
(jentik-jentik), kutiair, dan sebagainya.
Setelah masa pemeliharaan 2 bulan, benih lele mencapai ukuran 5-10 cm dapatlah
dipasarkan (dijual). Selama pemeliharaan benih itu, peternak hama memperhatikan
burayak itu secara cermat setiap hari. Pemberian pakan tidak boleh berlebihan,
melainkan diberikan sedikit demi sedikit sejumlah kira-kira habis termakan
dalam waktu 15 menit, lalu pemberian pakan dihentikan. Sebaiknya dalam sehari
diberi pakan beberapa kali, misalnya 4 - 5 kali sehari, pagi, siang, dan
sore/senja.
Peternak harus memperhatikan keadaan air bak itu, mengingat bahwa bak tidak
memperoleh aliran air terus- menerus karena keterbatasan air di daerah
perkotaan. Maka apabila terlihat air mulai keruh/kotor, supaya air diganti.
Pada umumnya pergantian air sekali dalam 2 minggu sudah memadai.
7. Perawatan benih dan pemberian makanan
Benih ikan lele yang baru saja menetas tidak perlu diberi makanan. Benih-benih
itu hidup dari menyerap kuning telurnya. Pada ikan lele habisnya kuning telur
itu 5 hari. Jadi sesudah waktu lima hari, benih ikan sudah dapat makan. Karena
itu makanan biasanya harus tersedia.
Di alam, benih-benih lele yang masih kecil-kecil itu memakan
organisme-organisme yang terdapat di air, misalnya kutu air (Rotatoria,
Cladosera, Copepoda, dan sebagainya) yang pasti banyak terdapat di air dalam
sarangnya.
Dalam usaha pembenihan, orang mengusahakan agar benih-benih ikan yang sudah
menetas itu tumbuh subur dan tidak banyak yang mati. Salah satu cara
yakni memberi makanan secara khusus untuk anak-anak lele yang masih kecil-kecil
itu. Untuk itu, dapat diberikan kutu-kutu ikan berupa binatang-binatang renik
seperti disebutkan di atas. Binatang renik itu dapat diperoleh dari kolam-kolam
lain yang subur, atau dapat secara sengaja dibiakkan di dalam bak-bak
kultur tersendiri.
8. Pemanenan benih
Air dikeluarkan dari bak pemijahan itu sehingga hampir kering, maka burayak.
IeIe terkumpul di dalam cekungan di dasar bak yang masih sedikit berair. Maka
dengan mudah burayak ditangkap dengan seser.
Demikianlah
artikel tentang cara pembibitan ikan lele yang bisa disampaikan kepada Anda.
Lihat pula artikel lainnya yang tidak kalah menarik, yaitu tentang Cara
Beternak Jangkrik. Semoga bermanfaat...