Matematika
adalah
salah satu mata
pelajaran untuk meningkatkan kecerdasan matematis siswa melalui penggunaan pola
pikir deduktif. Sebagaimana dikemukakan oleh Susanto (2013, hlm. 184-185) bahwa:
“Unsur pekerjaan
utama matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar
asumsi-asumsi (kebenaran konsisten). Selain itu, matematika juga bekerja
melalui penalaran induktif yang didasarkan fakta dan gelajala yang muncul untuk
sampai pada pemikiran tertentu. Tetapi perkiraan ini, tetap harus dibuktikan
secara deduktif, dengan argumen yang konsisten.”
Salah satu
materi dalam pembelajaran matematika adalah geometri. Geometri telah dikenal siswa jauh sebelum siswa masuk
Sekolah Dasar, karena geometri sangat erat kaitannya dengan lingkungan sekitar
siswa. Geometri
membantu siswa untuk memahami dunia disekitarnya, dalam geometri siswa dituntut
untuk memahami, menggambarkan, atau mendeskripsikan benda-benda disekitar
siswa.
Pembelajaran
geometri di Sekolah
Dasar
seharusnya dilakukan secara sederhana dari hal yang konkret menuju hal yang
abstrak, yaitu sesuai dengan tahap
perkembangan kognitif siswa. Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif
anak beserta karakterisnya. Siswa sekolah dasar yang berusia tujuh sampai 12
atau 13 tahun pada umumnya mengalami tiga periode perkembangan kognitif, yaitu
(Budiamin, dkk. 2006. Hlm. 98) “Periode praoperasional (2,0-7,0 tahun), periode
operasional konkret (7,0 – 11,0 atau 12,0) dan periode operasional formal (11,0
atau 12,0 – 14,0 atau 15,0).”
Salah satu materi dari cabang matematika geometri
yaitu sifat-sifat bangun datar segi empat. Berdasarkan hasil observasi di SDN ..., pembelajaran sifat-sifat bangun datar segi empat bersifat
teacher centre dan transfer knowladge, artinya guru hanya
menyampaikan materi saja tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk
bereksplorasi.
Siswa dituntut untuk
menerima informasi tanpa harus membuktikan nilai kebenaran dari informasi yang
diterimanya, sehingga siswa belajar menggunakan rehearsal hapalan sebagai salah satu cara untuk dapat mencapai
tujuan pembelajaran.“Rehearsal hapalan
digunakan siswa ketika siswa harus mengingat informasi dan menyimpannya
sebagaimana adanya saat informasi itu masuk kememori kerja” (Gunawan, 2007,
hlm. 81).
Kegiatan ini biasanya dilakukan saat akan mengikuti
ujian atau ketika informasi tersebut diperlukan. Belajar menggunakan rehearsal hapalan menuntut siswa
hafal bentuk bangun
datar segi empat berdasarkan gambar dan sifat-sifatnya secara verbal tanpa
memahami makna dan hubungan dari sifat-sifat bangun tersebut. Siswa mengalami
kesulitan untuk mendeskripsikan sifat-sifat melalui media gambar dan
mempresetasikannya melalui bahasa sendiri karena pembelajaran yang dilakukan
bersifat hafalan dari catatan tulisannya sendiri. Rendahnya
pemahaman terhadap materi geometri ini menunjukan kesulitan siswa dalam memahami objek-objek langsung
matematika, yaitu fakta, konsep dan prinsip geometri.
Jika hal ini terus terjadi, siswa akan terdoktrin
setiap kata dari informasi yang diterimanya sebagai suatu kebenaran yang mutlak
tanpa pengembangan dan pembuktian lebih lanjut. Proses pembelajaran sebagai
suatu proses yang statis, padahal proses pembelajaran ditunjukan untuk
mengembangkan pola pikir, kreatifitas dan kemampuan siswa kelevel yang lebih
tinggi.
Berdasarkan
kondisi tersebut, guru perlu
menciptakan kondisi belajar
yang bermakna dalam rangka penerapan pemahaman siswa. Ausebel (Susanto, 2013,
hlm. 212) menyatakan bahwa ‘Belajar bermakna adalah bila informasi yang akan
dipelajari siswa disusun dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa
sehingga siswa dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang
dimiliki.’ Artinya, siswa dapat mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan
keadaan lain, sehingga belajar dapat lebih mudah dipahami.
Siswa harus menemukan pola dan struktur matematika dari proses
pengalaman belajarnya sendiri sesuai dengan kemampuan dan tahap berpikirnya,
dan terbiasa melakukan uji coba untuk pembuktian nilai kebenaran dan
pengembangan informasi berdasarkan hasil temuan dari kegiatan yang dilakukan.
Salah satu teori belajar yang dapat digunakan untuk memecahakan masalah
tersebut yaitu teori belajar Van Hiele.
Berdasarkan
uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Peningkatan Pemahaman Sifat
Bangun Datar Segi Empat Kelas V SDN ... Melalui Pembalajaran Berbasis Van Hiele