• HOME
  • Kumpulan Makalah
  • Kumpulan Skripsi
  • Tips Design Rumah
  • RELIGI
  • DAFTAR OBJEK WISATA GARUT
  • Curahan Hati
  • Contact Us
blog inigarut.com
  • INFO GARUT
    • Sejarah Kota Garut
    • Makanan Khas Garut
    • Produk Khas Garut
  • Al-Qur'an
  • Kisah 25 Nabi
  • Home » SKRIPSI » Proposal Skripsi Dengan Judul Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Pada Materi Layang-layang Melalui Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele Di Sekolah Dasar

    Proposal Skripsi Dengan Judul Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Pada Materi Layang-layang Melalui Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele Di Sekolah Dasar

    Option:

    National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) yang merupakan sebuah organisasi professional Internasional yang bertujuan untuk memberikan peningkatan mutu dalam mengajar dan belajar matematika menyebutkan bahwa terdapat 5 kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang dalam belajar matematika yakni problem solving skill (kemampuan pemecahan masalah), reasoning and proof skill (kemampuan penalaran dan bukti), communication skill (kemampuan komunikasi), connections skill (kemampuan koneksi atau mengkaitkan sesuatu), dan yang terakhir adalah representations skill (kemampuan representasi). Berdasar pada 5 kemampuan yang diungkapakan oleh NCTM di Amerika tersebut, maka Depdiknas merumuskan tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2006 setidaknya meliputi (1) koneksi antar konsep dalam matematika dan penggunaannya dalam memecahkan masalah, (2) kemampuan penalaran, (3) kemampuan pemecahan masalah, (4) kemampuan komunikasi dan representasi, dan (5) faktor afektif. Dari kedua pernyataan yang diungkapkan oleh NCTM dan Depdiknas dalam Kurikulum 2006 tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Kemampuan koneksi matematika merupakan salah satu dari lima kemampuan standar yang harus dimiliki seseorang yang layak dan strategis untuk dikembangkan dalam tujuan pembelajaran Matematika.
    Dalam kurikulum pendidikan matematika yang menjadi salah satu tujuannya adalah agar siswa mampu memahami konsep matematika, mampu memberikan penjelasan tentang keterkaitan antar konsep dalam matematika dan siswa mampu mengaplikasikan konsep matematika secara tepat dan benar dalam pemecahan masalah. Dari hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematika dipandang layak dan perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar.

    Gagasan koneksi matematika bukan merupakan hal baru dalam pendidikan matematika, karena Gagasan koneksi matematik telah  diteliti sejak lama oleh W.A. Brownell tahun 1930-an.  Namun pada saat itu ide koneksi matematik hanya terbatas pada koneksi pada aritmetik (Bergeson, 2000:37 dalam Sugiman). Koneksi matematik disebabkan karena adanya pemikiran bahwa  ilmu matematika merupakan ilmu yang saling menyatu satu sama  lainnya, artinya satu konsep matematika dengan konsep lain adalah saling terkait dan saling berhubungan. Selain itu, matematika juga tidak hanya terkait dengan konsep dalam matematika itu sendiri, tetapi juga terkait dengan konsep lain dalam ilmu selain matematika dan juga memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tanpa koneksi matematika maka siswa harus belajar dan mengingat terlalu banyak konsep dan prosedur matematika yang saling terpisah (NCTM, 2000:275).
    Meskipun kemampuan koneksi matematika merupakan kemampuan yang strategis untuk dikembangkan dan harus dimiliki oleh seseorang, namun pada kenyataanya selama ini hasil belajar matematika siswa masih belum menunjukan hasil yang menggembirakan. Khususnya dalam aspek koneksi matematis (Ruspiani, 2000 dalam Yanto Permana dan uteri sumarmo, 2007).   Hasil belajar yang belum menggembirakan tersebut antara lain karena disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor internal dari siswa itu sendiri maupun faktor lain seperti pengajar, sarana prasarana dan proses belajar mengajar yang dilaksanakan.
    Kemampuan koneksi matematika penting, namun siswa tidak mampu secara mandiri untuk mengkoneksikan materi atau konsep matematika itu secara langsung. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa siswa sering mampu mendaftar konsep-konsep matematika yang terkait dengan masalah riil, tetapi hanya sedikit siswa yang mampu menjelaskan mengapa konsep tersebut digunakan dalam aplikasi itu (Lembke dan Reys, 1994 dikutip Bergeson, 2000: 38 dalam sugiman). Dengan demikian diperlukan latihan untuk mengasah kemampuan koneksi matematika di Sekolah Dasar.  Namun pada kenyataannya di lapangan, justru latihan untuk mengkoneksikan materi matematika ini sangatlah kurang. Apabila siswa mampu mengkaitkan ide-ide matematika maka pemahaman matematikanya akan semakin dalam dan bertahan lama karena mereka mampu melihat keterkaitan antar topik dalam matematika, dengan konteks selain matematika, dan dengan pengalaman hidup sehari-hari (NCTM, 2000). Bahkan koneksi matematika sekarang dengan matematika jaman dahulu, misalkan dengan matematika zaman Yunani, dapat meningkatkan pembelajaran matematika dan menambah motivasi siswa (Banihashemi, 2003 dalam Sugiman).
    (Bruner dan Kenney dalam Bell  dalam Sugiman) mengemukakan teorema dalam proses belajar matematika (Theorems on Learning Mathematics). Kedua ahli tersebut mencetuskan teorema dalam pembelajaran matematika. Yaitu (1) teorema pengkonstruksian (construction theorem) dimana teori pengkonstruksian ini memandang perlu adanya peran representasi terkait dengan konsep matematika, prinsip, dan aturan matematika (2) teorema penotasian (notation theorem) dimana dalam teorema penotasian ini memandang representasi atau pemodelan  akan lebih mudah ketika menggunakan simbol, (3) teorema pengontrasan dan keragaman (theorem of contrast and variation) dimana teorema ini memandang perlu adanya situasi yang kontras dan juga beragam dalam pembelajaran matematika, dan (4) teorema koneksi (theorem of connectivity) dimana teorema ini memandang perlu adanya keterkaitan antar konsep dalam matematika, konsep matematika dengan ilmu lain dan konsep matematika dengan. Kelima teorema tersebut bekerja secara simultan dalam setiap proses pembelajaran matematika. Teorema koneksi sangat penting untuk melihat bahwa matematika adalah ilmu yang koheren dan tidak terpartisi atas berbagai cabangnya. Cabang-cabang dalam matematika, seperti aljabar, geometri, trigonometri, statistika, satu sama lain saling kait mengkait.
    NCTM (2000: 64) menyatakan  matematika bukan merupakan kumpulan dari topik dan kemampuan yang terpisah, meskipun memang pada kenyataannya pelajaran matematika sering diajarkan dalam beberapa cabang . Matematika adalah  ilmu yang tidak terpisah-pisah dan merupaakn satu kesatuan. Untuk bisa berpikir dan belajar tentang koneksi topic-topik matematika diperlukan cara pandang yang menyeluruh. Bruner dan Kenney menyebutkan bahwa setiap konsep, prinsip, dan keterampilan dalam matematika dikoneksikan dengan konsep, prinsip, dan keterampilan lainnya. Struktur koneksi yang terdapat di antara cabang-cabang matematika memungkinkan siswa melakukan penalaran matematik secara analitik dan sintesik. Dengan kegiatan mengkoneksikan konsep ini, kemampuan matematik siswa akan lebih berkembang. Bentuk koneksi yang utama yaitu mencari keterkaitan/ koneksi juga hubungan diantara berbagai macam struktur dalam matematika. Dalam pembelajaran matematika, siswa perlu menyadari secara pribadi adanya koneksi dari materi matematika yang mereka pelajari, tanpa perlu dikontrol secara penuh oleh guru. Struktur ilmu matematika sangat jelas dan ringkas. Sehingga dengan cara mengkonkesikan antar materi dalam matematika, materi matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa.
    Geometri merupakan salah satu di antara banyak  cabang matematika yang juga diajarkan di Sekolah Dasar. Dengan mempelajari geometri dapat menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah dan pemberian lasan serta dapat mendukung banyak topic lain dalam matematika (Kennedy, 1994: 385 dalam Nuraeni).
    Tiga alasan mengapa geometri perlu diajarkan , menurut Usiskin  (Kahfi , 1998 : 8 dalam Nuraeni). Pertama, geometri merupakan satu-satunya ilmu yang dapat mengkaitkan matematika dengan bentuk fisik dunia nyata. Kedua , Geometri satu-satunya yang memungkinkan ide-ide dari bidang matematika yang lain untuk digambar. Ketiga, Geometri dapat memberikan contoh yang tidak tunggal tentang system matematika. Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peranan geometri dalam mata pelajaran matematika  memang sangat kuat. Jadi sudah menjadi suatu keharusan bagi siswa sekolah dasar untuk mampu memahami geometri dengan benar.
    Namun pada kenyataanya, siswa di Sekolah dasar masih belum memahami secara penuh materi geometri yang diajarkan. Khususnya dalam hal mengkoneksikan bangun datar layang-layang dengan bangun datar lain.
    Permasalahan kesulitan siswa dalam hal mengkoneksikan materi layang-layang dengan materi lain dimungkinkan karena faktor lain yang mempengaruhi proses belajar mengajar matematika, seperti peserta didik yang kurang focus dalam mengikuti pembelajaran, pengajar yang kurang mampu memberikan pengarahan dan tuntunan untuk siswa mengkoneksikan materi dalam matematika,  pra sarana, sarana dan penilaian juga teori belajar yang digunakan. (Hudoyo, 1988: 6 dalam Nuraeni).
    Untuk bisa menguasai materi geometri, kita bisa menerapakan pembelajaran geometri berbasis teori van hiele. Dimana Vanhiele menyatakan bahwa ada beberapa urutan dalam belajar Geometri, dimana ia menyebut tahapan tersebut adalah tahap 0 – 4.  Tahapan tersebut yaitu: Level 0 (visualization), level 1 (analysis), Level 2 (Abstraction), Level 3 (deduction), Level 4 (Rigor).
    Dengan penerapan tahap berpikir Vanhiele diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami geometri khususnya dalam hal mengkoneksikan materi layang-layang dengan bangun datar lain.
    Anda sedang membaca artikel tentang Proposal Skripsi Dengan Judul Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Pada Materi Layang-layang Melalui Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele Di Sekolah Dasar dan anda bisa menemukan artikel Proposal Skripsi Dengan Judul Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Pada Materi Layang-layang Melalui Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele Di Sekolah Dasar ini dengan url http://infokotagarut.blogspot.com/2014/11/proposal-skripsi-dengan-judul.html. Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel Proposal Skripsi Dengan Judul Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Pada Materi Layang-layang Melalui Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele Di Sekolah Dasar ini jika memang bermanfaat bagi anda atau teman-teman anda,namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya.

    Share to

    Facebook Google+ Twitter Digg
    Posting Komentar
    Posting Lebih Baru
    Posting Lama
    Beranda

    POSTINGAN BANYAK DICARI

      Arsip Blog

      • Februari (19)
      • September (1)
      • Agustus (69)
      • Juli (25)
      • Juni (33)
      • Mei (2)
      • Maret (6)
      • November (45)
      • Oktober (94)
      • September (32)
      • Agustus (86)
      • Juli (48)
      • Juni (4)
      • Mei (86)
      • Desember (17)

      Popular This Week

      • Doa Sebelum dan Sesudah Wudhu serta Tata Cara Wudhu Lengkap
      • Al-Qur'an Lengkap dengan Terjemahan Bahasa Indonesia
      • Cara Membuat Latar Belakang Buat Makalah atau Skripsi yang Baik dan Benar
      • Contoh Makalah Olah Raga Tentang Atletik
      • Doa Supaya Berani Dan Percaya Diri Lengkap Dengan Terjemahannya
      • Contoh Makalah Penjas Tentang Kesehatan Pribadi
      • KEUTAMAAN, KEAJAIBAN DAN RAHASIA SHOLAT DHUHA
      • Do'a Lengkap Shalat 5 (Lima) Waktu
      • DOA MELEPASKAN DIRI DARI BEBAN HUTANG
      • 02. Surat Al-Baqarah (Sapi Betina) Ayat 1-100

      Total Tayangan Halaman

      Disclaimer

      Privacy Policy

      Powered by Blogger

      Hade Consultant|Harga

      |komputer|Contoh Skripsi

      Copyright blog inigarut.com 2014

      ▲