Mengekspresikan
perasaan dan berdasarkan pengalaman merupakan hak setiap manusia. Perasaan
sebagai bagian dari fitrah manusia merupakan anugerah yang tidak dimiliki
mahluk lain. Oleh karena itu, manusia sebagai pemilik perasan ini sudah
sepatutnya menjaga dan mensyukurinya.
Pengalaman merupakan
guru yang terbaik bagi manusia. Pada
hakikatnya, setiap orang tentu memiliki keinginan untuk mengekspresikan atau
membagi pengalamannya kepada orang lain dengan berbagai tujuan. Misalnya, untuk
berbagi kesenangan, meminta solusi, atau hanya sekedar untuk mengurangi beban
pikirannya.
Perasaan atau
pengalaman dapat diungkapkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Secara lisan,
pengungkapan perasaan biasa dilakukan dengan cara mengobrol/diskusi, dan secara
tulisan dapat diungkapkan ke dalam bentuk cerita atau puisi.
Namun demikian,
tidak semua orang senang dan biasa mengungkapkan perasaannya melalui tulisan.
Banyak orang yang berangggapan bahwa menulis bukanlah hal yang penting dan
tidak terlalu memberikan manfaat bagi kehidupannya. Padahal, melihat perkembangan
budaya literasi saat ini, menulis sudah menjadi tuntutan keterampilan yang
harus dimiliki setiap orang. Bahkan lebih jauh, menulis bagi sebagian orang
bisa menjadi sumber mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Keterampilan mengungkapkan
gagasan maupun pengalaman melalui tulisan tidak dapat tumbuh begitu saja. Perlu
adanya suatu keinginan, kesenangan dan kebiasaan yang harus dipupuk dan dibina
sejak dini, yaitu sejak seseorang memasuki bangku sekolah dasar.
Di sekolah
dasar, menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang
harus dimiliki siswa. Tiga keterampilan berbahasa selain menulis yang dimaksud
adalah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Pada hakikatnya, keempat keterampilan
tersebut terbagi ke dalam dua ragam, yakni lisan dan tulisan. Keterampilan
berbahasa ragam lisan terdiri dari menyimak dan berbicara, sedangkan keterampilan
berbahasa ragam tulisan terdiri dari membaca dan menulis.
Menulis sendiri
terbagi ke dalam dua jenis dilihat dari ragam tulisannya. Chenfeld (dalam
Tarigan, 2008, hlm. 29) mengklasifikasikan tulisan ke dalam tulisan kreatif dan
tulisan ekspositori. Tulisan kreatif mencakup tulisan-tulisan yang menekankan pada
ekspresi diri dari seseorang, sedangkan tulisan ekspositori mencakup tulisan-tulisan
seperti surat, laporan, buku dan penelitian. Puisi merupakan salah satu jenis
tulisan kreatif yang bisa menjadi sarana untuk mengungkapkan perasaan atau
pengalaman batin siswa. Keterampilan menulis puisi harus dikuasai siswa sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Salah satu
kompetensi dasar yang memuat tentang pembelajaran menulis puisi terdapat di
kelas V semester 2. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Depdiknas
(2007, hlm. 9) mengemukakan bahwa salah satu kompetensi dasar yang harus
dimiliki siswa kelas V semester 2 sekolah dasar adalah dapat menulis puisi
bebas dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.
Puisi sendiri
diartikan sebagai bahasa indah yang mengungkapkan pengalaman batin seseorang.
Batasan tersebut sejalan dengan definisi puisi yang diungkapkan oleh Widjojoko
dan Hidayat (2009, hlm. 50) bahwa “Puisi merupakan ekspresi pengalaman batin
(jiwa) penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan Sang Pencipta,
melalui media bahasa yang estetik yang secara padu dan utuh, dalam bentuk teks
yang dinamakan puisi”. Dengan demikian, menulis puisi tidak sama halnya dengan
menulis karangan pada umumnya. Penggunaan gaya bahasa menjadi salah satu corak
yang membedakan keindahan puisi dengan jenis karya sastra lain. Penggunaan gaya
bahasa dalam puisi diungkapkan oleh Ratna (2009, hlm. 57) bahwa “... puisi,
prosa, dan drama, seperti disinggung di beberapa tempat pembicaraan ini, gaya
bahasa paling dominan dalam puisi. Gaya dengan demikian mendominasi struktur
puisi”.
Penggunaan gaya
bahasa ini menjadi salah satu alasan bagi sebagian orang yang menganggap bahwa
menulis puisi merupakan hal yang sulit. Begitu pula yang terjadi pada siswa
kelas V SDN ... Kecamatan ... Kota .... Berdasarkan studi pendahuluan yang
telah dilakukan pada siswa kelas V SDN ..., hampir semua siswa merasa kesulitan
dalam pembelajaran menulis puisi. Siswa menganggap bahwa puisi haruslah unik,
berbeda dari tulisan biasa dan tidak boleh menggunakan kata-kata yang biasa
digunakan sehari-hari.
Siswa mengalami
kesulitan dalam menemukan dan mengeluarkan gagasan yang berhubungan dengan tema
yang diberikan oleh guru. Hal ini menyebabkan diksi yang terdapat pada puisi
pun menjadi kurang berkembang. Mengaitkan tema dengan pengalaman pribadi siswa
juga merupakan hal yang dianggap tidak mudah oleh siswa. Alhasil siswa pun
lebih memilih untuk meniru puisi yang sudah ada, ketimbang harus membuat puisi
sendiri.
Intensitas
kegiatan menulis puisi pun sangat kurang, sehingga menjadi salah satu penyebab
siswa mengalami kesulitan dalam menulis puisi. Siswa mengaku bahwa mereka
sangat jarang sekali melakukan kegiatan menulis puisi ini. selain itu, metode
pembelajaran yang digunakan guru pun kurang bervariasi dan lebih banyak
menggunakan pembelajaran konvensional, sehingga menjadi penyebab lain mengapa
siswa mengalami kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran menulis puisi.
Kenyataan tersebut
tidak dapat dibiarkan begitu saja. Diperlukan suatu upaya untuk mengatasi
kesulitan siswa dalam pembelajaran menulis puisi. Upaya tersebut dapat berupa
variasi metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, yang dapat memberikan
kemudahan bagi siswa dalam pembelajaran menulis puisi. Metode pembelajaran
sendiri diartikan sebagai cara yang digunakan guru untuk membuat siswa belajar
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Definisi tersebut sebagaimana
diungkapkan oleh Uno dan Mohamad (2012, hlm. 7) bahwa “Metode pembelajaran
didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya dan
merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran”.
Salah satu
metode pembelajaran yang tepat untuk mengeluarkan gagasan dari dalam pikiran
seseorang adalah metode Mind Mapping.
Definisi metode Mind Mapping diungkapkan
oleh Sani (2013, hlm. 240) bahwa “Mind
Mapping merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang digunakan melatih
kemampuan menyajikan isi (content)
materi dengan pemetaan pikiran (Mind Mapping)”.
Pemetaan pikiran yang dimaksud adalah penyajian/visualisasi konsep-konsep yang
ada dalam pikiran ke dalam sebuah diagram.
Dananjaya (2013,
hlm. 72) mengungkapkan bahwa metode Mind
Mapping tepat untuk menjabarkan proses brainstorming,
yaitu proses mengeluarkan gagasan sesuai dengan kapasitas wawasan dan
psikologis seseorang. Seperti yang telah dijelaskan bahwa menulis puisi
merupakan kegiatan mengungkapkan pengalaman batin, maka dalam menulis puisi
seseorang harus memilih, menemukan dan mengeluarkan gagasan-gagasan tentang
pengalaman batinnya. Dengan demikian, ia dapat menghasilkan sebuah puisi yang
padu dan selaras.
Melalui metode Mind Mapping ini, siswa akan lebih aktif
dalam berpikir dan mengekspresikan dirinya serta mampu membuat puisi berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri. Setiap siswa akan membuat puisi
sesuai dengan pilihannya masing-masing, sedangkan guru hanya memberikan topik
secara umum saja. Selain itu, proses berpikir kreatif siswa akan muncul, yaitu
ketika siswa harus menyusun kalimat dari setiap subtopik yang diungkapkannya
menjadi sebuah puisi yang sesuai dan berkaitan satu sama lain.
Berdasarkan
paparan tersebut, peneliti memandang bahwa metode Mind Mapping merupakan metode yang menarik untuk dikaji lebih
lanjut terutama untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keterampilan siswa dalam
menulis puisi di SD. Dengan demikian, peneliti hendak melaksanakan penelitian
dengan judul: “Penggunaan Metode Mind
Mapping terhadap Keterampilan Siswa dalam Menulis Puisi Anak di Sekolah Dasar”.