Pengertian Ihsan
Ihsan
berasal dari bahasa yang artinya berbuat baik/ kebaikan. Sedangkan menurut
istilah yaitu perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang dengan niat hati
beribadah kepada Allah SWT.
Para
ulam menggolongkan Ihsan menjadi 4 bagian yaitu:
1. Ihsan
kepada Allah
2. Ihsan
kepada diri sendiri
3. Ihsan
kepada sesama manusia
4. Ihsan
bagi sesama makhluk
Untuk menelusuri ihsan secara mendalam» maka terlebih dahulu manusia harus
kembali menyadari posisinya serta mandat yang diberikan Allah SWT kepadanya
sebagai khalifah Allah. Sebagai khalifah, maka hendaknya ia menjadi hamba yang
setia sebagaimana tujuan penciptaannya. Begitu pula tugas di bumi, ia harus
memakmurkan bumi ini. Kedua tugas tersebut tidak boleh diabaikan sebab dapat
mencelakakan manusia sendiri. Allah SWT berfirman; Telah ditimpakan kehinaan
(krisis) kepada mereka (manusia) di mana saja berada, kecuali bagi mereka yang
baik hubungannya dengan Allah dan kepada sesama manusia.
Al - Ghazali mengemukakan bahwa orang yang mau berhubungan langsung dengan
Allah maka harus terlebih dahulu memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia.
Untuk mengenal Allah SWT maka sebelumnya perlu mengenal diri sendiri, karena
pada diri sendiri setiap manusia ada unsur ketuhanan. Sementara cara untuk
mengenal diri adalah dengan mengetahui proses kejadian manusia itu sendiri.
Tingkatan
Ketiga: Ihsan
Ihsan
memiliki satu rukun yaitu engkau beribadah kepada Allah Azza wa Jalla
seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari
‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu dalam kisah jawaban Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam kepada Jibril Alaihissallam ketika ia bertanya tentang ihsan,
maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.
“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka bila
engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”
Tidak ragu lagi, bahwa makna ihsan secara bahasa adalah memperbaiki amal dan
menekuninya, serta mengikhlaskannya. Sedangkan menurut syari’at, pengertian
ihsan sebagaimana penjelasan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam :
أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.
“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka jika
engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”
Maksudnya, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan ihsan
dengan memperbaiki lahir dan batin, serta menghadirkan kedekatan Allah Azza wa
Jalla, yaitu bahwasanya seakan-akan Allah berada di hadapannya dan ia
melihat-Nya, dan hal itu akan mengandung konsekuensi rasa takut, cemas, juga
pengagungan kepada Allah Azza wa Jalla, serta mengikhlaskan ibadah kepada Allah
Azza wa Jalla dengan memperbaikinya dan mencurahkan segenap kemampuan untuk
melengkapi dan menyempurnakannya
Tanda-tanda
seseorang mukmin menjadi seorang mukhsin yaitu:
1.
Selalu mengingat Allah
2.
Senang berbuat kebaikan
3.
Meninggalkan hal-hal yang tidak berguna
4.
Istiqomah
KAITAN IMAN, ISLAM DAN IHSAN
Barang siapa yang telah bersifat Islam, maka ia
dinamakan muslim, dan siapa yang yang bersifat Iman, maka ia dinamai orang
m’umin. Dan sesungguhnya islam dan iman itu tidak dapat dipisahkan.
Dengan demikian, apabila seorang Islam tetapi
tidak Iman, maka ia tidak akan mendapat faedah di akhirat, walapun dhahirnya
Islam. Inilah yang disebut dengan kafir zindiq dan akan berada di
dalam siksa neraka selama-lamanya. Begitu juga sebaliknya, jika seorang
ber-iman tetapi tidak Islam, maka ia tidak selamat dari siksa neraka yang amat
hebat, mereka itu bukanlah mu’min muslim asli tetapi mu’min
muslim tabai, yang ber-iman dan ber-islam karena mengikuti kedua orang
tuanya atau nenek moyangnya.
Antara
iman, islam dan ihsan, ketiganya tak bisa dipisahkan oleh manusia di dunia ini,
kalau diibaratkan hubungan diantara ketiganya adalah seperti segitiga sama sisi
yang sisi satu dan sisi lainya berkaitan erat. Segitiga tersebut tidak akan
terbentuk kalau ketiga sisinya tidak saling mengait. Jadi manusia yang bertaqwa
harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman, islam dan ihsan.
Hubungan
timbal balik antara ketiganya. Iman yang merupakan landasan awal,
bila diumpamakan sebagai pondasi dalam keberadaan suatu rumah, sedangkan islam
merupakan entitas yang berdiri diatasnya. Maka, apabila iman seseorang lemah,
maka islamnya pun akan condong, lebih lebih akan rubuh. Dalam realitanya
mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-sendat, sehingga tidak dilakukan pada
waktunya, atau malah mungkin tidak terdirikan. Zakat tidak tersalurkan, puasa
tak terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan kokoh bila islam
seseorang ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi tebal, kadang pula
menjadi tipis, karena amal perbuatan yang akan mempengaruhi hati. Sedang hati
sendiri merupakan wadah bagi iman itu. Jadi, bila seseorang tekun beribadah,
rajin taqorrub, maka akan semakin tebal imannya, sebaliknya bila seseorang
berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal akan dosa, maka akan berdampak juga
pada tipisnya iman.
Adapun
ihsan, bisa diumpamakan sebagai hiasan rumah, bagaimana rumah tersebut bisa
terlihat mewah, terlihat indah, dan megah. Sehingga padat menarik perhatian
dari banyak pihak. Sama halnya dalam ibadah, bagaimana ibadah ini bisa
mendapatkan perhatian dari sang kholiq, sehingga dapat diterima olehnya. Tidak
hanya asal menjalankan perintah dan menjauhi larangannya saja, melainkan
berusaha bagaimana amal perbuatan itu bisa bernilai plus dihadapan-Nya.
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas kedudukan kita hanyalah sebagai hamba,
budak dari tuhan, sebisa mungkin kita bekerja, menjalankan perintah-Nya untuk
mendapatkan perhatian dan ridlonya. Disinilah hakikat dari ihsan.